Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang ekosistem dan interaksi yang terjadi di dalamnya. Salah satu ekosistem yang dipelajari dalam ekologi adalah ekosistem perairan. Di perairan, terdapat masalah yang dapat mengganggu jalannya ekosistem yaitu sedimentasi. Sedimentasi adalah proses mengendapnya material organik di dasar perairan karena terbawa air atau angin. Wilayah perairan yang rentan terjadi sedimentasi adalah sungai dan danau. Dampak yang paling besar dari sedimentasi adalah terjadinya pendangkalan sungai atau danau yang menyebabkan banjir. Sedimentasi pada perairan terjadi karena erosi pada tepi sungai atau danau. Tanah dan material organik lainnya masuk ke aliran sungai yang menyebabkan terjadinya pengendapan di dasar sungai. Hal itu terjadi karena saat ini vegetasi di tepian hulu sungai semakin sedikit karena adanya degradasi hutan dan betonisasi. Sehingga kemampuan tanah untuk menyerap air hujan menjadi menurun dan mengakibatkan erosi. Pendangkalan sungai yang membuat aliran sungai menjadi lebih deras sampai ke hilir. Hal tersebut membuat peningkatan debit air sungai dan berpotensi menyebabkan besar sungai di Indonesia sudah mengalami sedimentasi. Hal tersebut juga terjadi di sungai besar yang melalui Provinsi DKI Jakarta yaitu sungai Ciliwung. Pada daerah hulu sungai ciliwung di Kabupaten Bogor, terjadi degradasi hutan menjadi pemukiman dan industri. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya vegetasi yang ada di daerah tepi sungai sehingga kemampuan infiltrasi tanah berkurang. Padahal Kabupaten Bogor memiliki curah hujan yang lebih tinggi sehingga air hujan langsung masuk ke sungai dan menyebabkan erosi. Danau di Indonesia juga mengalami sedimentasi. Penyebabnya sama seperti pada sedimentasi sungai yaitu terjadinya degradasi hutan di tepian danau. Danau merupakan ekosistem perairan yang tidak mengalir. Sedimenatasi pada danau berakibat lebih buruk daripada sungai karena dapat menyebabkan ekosistem tersebut hilang dan menjadi daratan. Hilangnya ekosistem tentu saja dapat memusnahkan organisme yang ada di dalamnya sehingga ekosistem menjadi terganggu dan rusak. Revitalisasi danau Sunter, Jakarta Sumber Dalam kunjungan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia ke Sekretariat Sekolah Sungai Ciliwung, Usman Ketua Komunitas Pecinta Ciliwung menyampaikan beberapa cara untuk mengurangi dampak sedimentasi. Komunitas Pecinta Ciliwung memiliki beberapa program kerja yang dapat memulihkan fungsi bantaran sungai sebagai daerah resapan. Program tersebut di antaranya membuat Urban farming di lereng sungai untuk meningkatkan kemampuan tanah meresap air. Program lain adalah pembuatan lubang biopori sebagai tempat peresapan air. Untuk masalah sedimentasi yang terjadi di danau, upaya pemerintah yang umum dilakukan adalah pengerukan danau. Hal tersebut sudah dilakukan di beberapa danau salah satunya danau Sunter, Jakarta. Pengerukan danau bertujuan untuk merevitalisasi fungsi danau tersebut menjadi danau resapan dan pengendali banjir. Namun hal tersebut masih kurang efektif karena dampak sedimentasi seperti banjir masih yang paling efektif untuk sedimentasi pada sungai dan danau adalah membenahi daerah tepi danau atau sungai dari hulu sampai muara. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, pembenahan tidak bisa dilakukan hanya di satu titik saja. Reboisasi dan pembuaatan biopori saja sudah efektif jika terjadi kerjasama dan komitmen antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat yang baik. Sumber dokumentasi pribadi Sumber dokumentasi pribadi Lihat Inovasi SelengkapnyaFungsibronjong di antaranya adalah melindungi dan memperkuat struktur tanah di sekitar tebing agar tidak terjadi longsor, tepi sungai, dan tepi tanggul. Bronjong juga bisa digunakan sebagai pembentuk bendungan untuk meningkatkan volume air sungai. ADVERTISEMENT. Percutian tenang jauh dari kawasan bandar adalah idaman semua orang. Setelah penat bekerja, salah satu cara nak merehatkan badan dan minda adalah bercuti ke kawasan yang tenang dan nyaman. Antaranya ialah mencari penginapan dalam kawasan perkampungan. Penginapan sebegini dapat dirasai di chalet tepi sungai di negeri Perak ni. Bukan sahaja kat kawasan kampung, malahan chalet ni terletak di tepi sungai. 2 dalam 1! Disebabkan bersebelahan sungai sahaja, sesiapa yang menginap di sini dapat merasai dan mendengar deruan air 24 jam. Tak terkata nikmatnya tu! Air sungai sebelah chalet ni datangnya dari Air Terjun Berangkai yang sangat jernih dan indah. Boleh nampak batu-batu dalam dasar air disebabkan kejernihannya. Dah tentu keseronokan tu dapat dirasai bila berendam dalam air sungai yang menyegarkan sambil nikmati pemandangan alam semulajadi di sekeliling. Confirm kita dapat lupakan sekejap masalah dan kesibukan bekerja. Nama sahaja kawasan kampung, tetapi chalet ni dibina dengan konsep moden dan lengkap dengan kemudahan untuk keselesaan pengunjung. Chalet penginapan yang dinamakan sebagai rumah percutian peribadi ini dibuka buat Muslim sahaja dan dibina sebanyak 5 unit dengan pelbagai saiz. Kesemuanya moden, luas dan sesuai untuk penginapan keluarga. Harga penginapan pun boleh dikatakan murah dan berbaloi-baloi mengikut keselesaan bilik yang disediakan. Berikut senarai rumah dan pakej harga tahun 2020 Kamar Humayra dan Kamar Tihani 2 units Satu unit 4 pax 1 katil king 2 katil single Attached bathroom Aircond Tv Njoi Ada beranda yang luas Termasuk breakfast untuk 4 pax main meal + kuih Satu unit 180/malam Klik sini untuk rasai satu lagi penginapan resort tepi sungai airnya tenang dan sejuk di Hulu Langat Kamar Arissa 1 unit Satu unit 6 pax 2 katil king 2 katil single Attached bathroom Aircond Tv Njoi Ada snack area, kettle dan interior beranda Termasuk breakfast untuk 6 pax main meal + kuih Satu unit RM250/malam Kamar Rayyan dan Umar 2 unit Satu unit 8 pax 3 katil queen 2 katil single Attached bathroom Aircond Tv Njoi Ada sofa, meja dan kerusi Ada ruang yang luas, water heater, snack area dan kettle Termasuk breakfast untuk 8 pax main meal + kuih Satu unit RM320/malam Untuk sewa extra mattress dan bantal, harganya RM30 seunit. Bukan tu je, sekiranya datang beramai-ramai dan ingin berkumpul, di sini turut ada dewan yang boleh disewa dengan harga RM30 sahaja. Untuk penyediaan makanan pula, pihak chalet sediakan dapur termasuk peralatan dengan harga RM30 dan set pemanggang bbq dengan harga RM20. Pengunjung hanya perlu bawa bahan-bahan masakan sahaja ke sini. Dan jika nak dapatkan makanan dari luar pun boleh. Ini kerana chalet ni berhampiran dengan pekan lama dan Bandar Baru Kampar untuk dapatkan tempat makan dan kemudahan lain. Kalau ingin menyewa keseluruhan kawasan termasuk rumah, dapur, dewan, bbq, dataran, surau, serta peralatan untuk 30 orang, harganya ialah RM1200. Tetapi sekiranya ada lebihan orang dari jumlah tu, boleh berunding dengan pihak chalet. ADA 4 PERINGKAT AIR TERJUN! Selain dari tu, menariknya lagi chalet tepi sungai ni ialah Air Terjun Berangkai yang berada di atas. Pengunjung boleh jejakinya melalui aktiviti jungle trekking dan mandi air terjun yang disediakan dengan harga RM10 sekepala minimum 5 orang. Malahan, ada 4 peringkat air terjun yang boleh dijejaki. Peringkat pertama di sebelah chalet, peringkat kedua pula boleh akses melalui jalan tar, peringkat 3 dan 4 perlu melalui denai hutan dan kebun serta batuan air terjun. Peringkat 1 Peringkat 2 Peringkat 3 dan 4 ini adalah air terjun yang paling cantik dan menyegarkan. Dan untuk sampai ke sini memerlukan seorang guide dengan harga RM50 untuk 1 group bagi menjamin keselamatan. Peringkat 3 Peringkat 4 Dah tak perlu risaukan aktiviti lain lagi kalau ke sini. Mandi sungai dan air terjun sahaja dah cukup menyeronokkan sebagai aktiviti utama. Namun kalau inginkan percutian yang lama dan pelbagai sepanjang penginapan di chalet tepi sungai ni, pengunjung boleh juga merancang lawatan ke tempat menarik di Pekan Kampar. Antaranya, Bandar Agacia terletak km dari chalet sebagai tempat makanan dan fotografi, Muzium Lombong Biji Timah km sebagai tempat bersejarah, Gua Tempurung km untuk aktiviti lasak dan Refarm km iaitu ada tarikan zoo dan aktiviti air. Bandar Agacia Muzium Lombong Biji Timah Gua Tempurung Refarm Nama Chalet Atuk Dolah Alamat D/T BB 32, Jalan Besar, Kg Batu Berangkai, 31900 Kampar Perak No phone 017-435 7289
100% found this document useful 2 votes3K views23 pagesDescriptionPenjelasan singkat menegnai DPTCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes3K views23 pagesDinding Penahan Tanah Tepi SungaiJump to Page You are on page 1of 23 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 9 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 13 to 21 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
SOLOPOSCOM - Kondisi luapan air sungai di permukiman Dukuh Lemahireng, Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan, Sabtu (26/3/2022) petang mencapai sepinggang orang dewasa. Ari menjelaskan perkampungan di Lemahireng belakangan kerap kebanjiran menyusul dinding penahan di tepi Sungai Wonggo jebol. Jebolnya dinding penahan itu akibat banjir pada 3Ponten Jawaban Soal/Ramalan TANGGUL Penahan air di tepi sungai Alai-belai Sekatan air di tepi sungai Godaan MIRING Apa Perintang Air Selokan Sungai Untai 1 falak tali, telegram, benang tembaga, keluan, kenur, rafia, yute, rantai, rotan, senar, senur, tutus, tambang, untai; 2 borek hubungan, ikatan, jalinan, kalung; –… Bendungan Bangunan penahan air buat irigasi Empang Lingkaran penahan air, tambak EMPANGAN Gudi dsb penghalang air; DAM Konstruksi penahan air kerjakan tali air Selokan Terusan pembuangan air BENDUNG Membancang air di wai TEBERAU Keunggulan tanaman air atau rumput yang semangat di rawa-rawa atau got danau HILLIER Tasik air masin di tepi Middle Island, di lepas tepi laut daksina Australia Barat LANAR Timbunan lendut di pantai yang dibawa maka dari itu air sungai atau air laut CUCURAN 1 comberan atap arena air hujan angin memancur turun; 2 hasil mencucurkan; ~ keringat titisan keringat EMBARAU Pagar gawang atau tembok batu yang langgeng dipasang di pantai atau di siring sungai bakal menahan luapan air; tanggul DERMAGA Tembok penahan ombak di dermaga Balong Kolam tepi laut yang diberi pematang bakal memelihara ikan/udang BERONJONG 1 keranjang tangga terbuat dari kabel atau bambu bakal tempat babi; 2 keranjang terbit bambu maupun anyaman kawat nan diisi bujukan-alai-belai cak bagi penahan arus air AMPANG Pematang dsb penghalang air; empang; ~ sampai ke menyebelah, dinding sampai ke langit, pb 1 tt pertemanan nan sudah putus dan tidak akan berbaik lagi; 2 tt pekerjaan yang bukan alang kepalang JAS …pai tiga, dipakai di asing kemeja; — buka jas yang bagian depan pd leher terbuka; — hujan abu jubah dari plastik dsb penghalang air hujan; — tutup jas ya… MENTAS 1 keluar dari kerumahtanggaan air ia — dari dalam air silam berlari menyusuri tepi laut itu; 2 borek izin dari keluarga keluarga sebagai karena bekerja atau … APUNG-APUNG Sesuatu nan terkatungkatung di air seperti gawang di laut, pelampung; laksana ~ di paruh laut, dipukul ombak jatuh ke tepi, pb orang yang belum mant… Bentul 1 bentul nan besar dan gatal, umbinya mak-nyus dimakan setelah direbus dsb, Alocasia indica; 2 ki gatal; — air Aglonema marantifolium, — hitam Alocasia… PESISIR Persil datar berpasir di pantai di comberan laut TURAP Tepi nan ditampalkan; lepa
Makadari itu, keberadaan mata air yang besar dan melimpah di atas tidak akan terdistribusi dengan lancar jika aliran sungai tidak terawat baik. Anyaman Kawat Penahan Gerusan di Tepi Sungai? "Jika tiap komunitas mampu mengerahkan 50 orang warga setempat, maka ada sekitar 500 orang turun ke sungai untuk membersihkan sampah sungai di Sleman Pengertian Dinding penahan tanah/ turap adalah suatu konstruksi yang bertujuan untuk menahan tanah agar tidak longsor dan meninggikan lereng alam suatu tanah. Di lapangan dinding penahan tanah dapat ditemui pada saluran air di samping jalan, pada pinggir sungai agar tebing sungai tidak longsor, pada bendungan dan saluran irigasi dan dinding penahan bukit agar tidak longsor. Bahan konstruksi untuk dinding penahan yaitu 1. Dari kayu 2. Dari beton 3. Dari pasangan batu 4. Dari baja Bentuk bentuk dinding penahan tanah 1. Profil persegi 2. Profil jajaran genjang 3. Profil trapesium siku 4. Profil trapesium 5. Profil segitiga untuk merencanakan sebuah dinding penahan tana perlu diperhatikan syarat kestabilitasan dinding 1. dinding tidak terjungkal 2. dinding tidak tergeser 3. dinding tidak amblas 4. dinding tidak pecah TEMBOK PENAHAN TANAH May 17, 2015 by kicauanhitam 2 PENGERTIAN Tembok Penahan Tanah TPT adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu pada umumnya dipasang pada daerah tebing yang labil. Jenis konstruksi antara lain pasangan batu dengan mortar, pasangan batu kosong, beton, kayu dan sebagainya. FUNGSI Fungsi utama dari konstruksi penahan tanah adalah menahan tanah yang berada dibelakangnya dari bahaya longsor akibat 1. Benda-benda yang ada atas tanah perkerasan & konstruksi jalan, jembatan, kendaraan, dll 2. Berat tanah 3. Berat air tanah Atau dengan kata lain merupakan pasangan batu yang dilekatkan dengan campuran semen, pasir dan air untuk melindungi tebing dari keruntuhan tanahnya. Fungsi khusus yang dapat diberikan oleh pasangan batu adalah 1. Pemanfaatan ruang dari suatu pembangunan jenis sarana dan prasarana lain 2. Pemeliharaan, penunjang umur dan bagian dari jenis sarana dan prasarana lain, misalnya a. Dinding saluran irigasi b. Prasarana tepi jalan kondisi khusus c. Dan lain-lain 3. Perlindungan tebing JENIS TEMBOK PENAHAN TANAH TPT Jenis tembok penahan tanah 1. Batu kali murni & batu kali dengan tulangan gravity & semi gravity 2. Tembok yang dibuat dari bahan kayu** talud kayu 3. Tembok yang dibuat dari bahan beton talud beton – Jenis Konstruksi TPT – KRITERIA PERENCANAAN Secara garis besar, kriteria perencanaan untuk TPT adalah 1. Sedapat mungkin memanfaatkan potensi sumber daya yang ada. 2. Konstruksi sederhana dan dapat dikerjakan oleh masyarakat. 3. Lokasi yang dipilih tepat dan memiliki manfaat yang besar baik sebagai sarana dan prasarana penunjang atau pencegah bahaya longsor, banjir atau erosi. 4. Untuk alasan kemudahan pelaksanaan pembangunan dan efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan terhadap kemampuan pekerjaan pada kondisi normal, tinggi maksimal untuk prasarana penahan tanah 4,00 meter. 5. Kedalaman minimum prasarana tembok penahan dapat disesuaikan sampai memenuhi kestabilan konstruksi penahan tanah. 6. Ukuran bagian lain dari prasarana tembok penahan memenuhi persyaratan teknis dan memiliki persyaratan keamanan yang memadai. 7. Prasarana tembok penahan tanah untuk sarana dan prasarana irigasi atau tanggul sedapat mungkin bersifat kedap air selain dari persyaratan teknis dan persyaratan keamanan yang memadai. DATA KEBUTUHAN DESAIN Pembuatan desain penahan tanah bisanya membutuhkan data-data 1. Potensi sarana dan prasarana yang sudah ada dan potensi sumber daya alamnya. 2. Tanah letak rencana /bentuk lokasi, – Jenis tanah – Kedalaman tanah keras – Lapisan air tanah 3. Data kondisi lokasi, lingkungan, dan peruntukan konstruksi – Sungai → sebagai saluran irigasi – Jalan → sebagai pengaman tepi jalan – Perlindungan tebing → keamanan sarana dan prasarana jalan, pemukiman, dll yang ada diatas atau di bawahnya, pencegah gerusan. – Tanggul → pencegah banjir, luapan air. PERSYARATAN TEKNIS Hal-hal teknis yang harus diperhatikam dalam Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Tembok Penahan Tanah adalah sebagai berikut. 1. Ukuran / Dimensi. Rumus ancar-ancar dimensi TPT a. Lebar Atas A = H tinggi tembok dibagi 12. Dan minimal lebar atas adalah 25 Cm∗. b. Lebar dasar B = 0,47 0,7 dikalikan H c. Tebal kaki dan tumit* B1 = 1/8 1/6 dikalikan H. d. Lebar kaki dan tumit* B3 = 0,5 1 dikalikan B1. 2. Kestabilan Prasarana. Analisis kestabilan antara lain meliputi a. Analisa terhadap guling. b. Analisa terhadap geser. c. Daya dukung tanah dasar. d. Patah tembok akibat gaya yang diterimanya. 3. Kemiringan Dinding. Minimal 50 1 H dibanding B2. 4. Jenis Tanah. Jenis tanah juga harus diperhatikan dalam perencanaan, seperti a. Tanpa lapisan air tanah. Analisa tekanan yang terjadi tidak mencakup tekanan akibat air/lapisan air tanah, dan indikator tanah yang berpengaruh adalah tanah dalam kondisi biasa kering udara. b. Ada lapisan air tanah. Analisa tekanan yang terjadi mencakup tekanan akibat air/lapisan air tanah, dan indikator tanah yang berpengaruh adalah tanah dalam kondisi jenuh**. c. Tanah lempung. Analisa tekanan yang terjadi ada pengaruh daya lekat tanah kohesi. d. Tanah Pasir. Nilai daya lekat tanah untuk tanah pasir murni biasanya kecil atau = 0 dan pengaruh daya lekatnya dapat diabaikan. 5. Bahan penyusun. Bahan penyusun dapat diperkirakan sesuai dengan jenis konstruksi dari TPT tersebut, misalnya a. Batu, batu yang digunakan biasanya batu kali atau batu gunung hitam. b. Semen, semen yang digunakan haruslah yang mempunyai jenis yang baik dan dapat menggunakan Portland Cement PC atau Portland Cement Composit PCC. c. Pasir, pasir yang digunakan harus bebas dari bahan lain seperti tanah lempung, sampah, atau kotoran lainnya. 6. Kualitas Adukan. Disesuaikan dengan desain yang direncanakan dan dapat mengikat bahan konstruksi dengan baik dan kuat, disyaratkan berat volumenya antara 2,0 2,3 t/m3 PPI 1983. Catatan * Mengikuti kaidah teknis bentuk tembok penahan yang direncanakan ** Tanah kondisi jenuh dapat diartikan kondisi tanah yang sudah maksimal dalam menyerap air. Gambar. Pelaksanaan Pembuatan TPT PEMELIHARAAN dan PENINGKATAN TPT Dalam hal pemeliharaan dan peningkatan dinding penahan tanah hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain 1. Kebersihan lingkungan tepi sekitar dinding dari rumput-rumput atau tumbuhan dengan akar yang dapat merusak dinding. 2. Keadaan suling-suling 3. Kondisi saluran air/drainase air 4. Perlindungan terhadap bahan utama. Misalnya – Untuk material batu kali dan beton dapat dilakukan pemlesteran. – Untuk material kayu perlindungan terhadap rayap atau cuaca. PERHITUNGAN DESAIN dan KEBUTUHAN KONSTRUKSI Untuk Perhitungan Desain, Volume dan Kebutuhan Bahan dan Tenaga, dapat dilihat disini. CONTOH PERHITUNGAN VOLUME DAN KEBUTUHAN TPT A. DATA Saya mencoba memberikan Contoh untuk Perhitungan TPT dengan model seperti ini. Panjang 50 M’ a 0,25 M b 0,4 M. h1 0,55 M h2 0,2 M. h3 0,05 M Htot 0,80 M. Plesteran lebar atas TPT ditambah tepi miring = 0,75 M B. PERHITUNGAN VOLUME 1. Volume Galian Tanah Volume = Panjang x b x h2 + h3 = 50 x 0,4 x 0,25 = 5 M3 2. Volume Urugan Pasir Volume = Panjang x b x h3 = 50 x 0,4 x 0,05 = 1 M3 3. Volume Pasangan Batu a. Volume Kaki = Panjang x b x h2 = 50 x 0,4 x 0,2 = 4 M3 b. Volume Dinding = panjang x a+b/2 x h1 volume trapesium = 50 x 0,25 + 0,4/2 x 0,55 = 8,94 M3 c. Volume Total = Volume Kaki + Volume Dinding = 4 + 8,94 = 12,94 M3 4. Volume Plesteran Volume = Panjang x Plesteran = 50 x 0,75 = 37,5 M2 C. PERHITUNGAN KEBUTUHAN BAHAN DAN TENAGA KERJA 1. Galian Tanah Analisa SNI 2835 2008 – Menggali 1 m3 tanah biasa sedalam 1 m Tenaga Pekerja = Volume Galian x Koefisien = 5 M3 x 0,75 HOK = 4 HOK Mandor = Volume Galian x Koefisien = 5 M3 x 0,025 HOK = 0,125 HOK 2. Urugan Pasir Analisa SNI 2835 2008 – Mengurug 1 m3 pasir urug a. Bahan Pasir Urug = Volume Pasir Urug x Koefisien = 1 M3 x 1,2 = 1,2 M3 b. Tenaga Pekerja = Volume Pasir Urug x Koefisien = 1 M3 x 0,3 HOK = 0,30 HOK Mandor = Volume Pasir Urug x Koefisien = 1 M3 x 0,01 HOK = 0,01 HOK 3. Pasangan Batu Analisa SNI 2836 2008 – Memasang 1 m3 Pondasi Batu Belah 1 PC 5 PP Bahan a. Batu Belah = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 1,2 = 15,5 ≈ 16 M3 b. Semen = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 2,72 Zak = 35,19 ≈ 35 zak c. Pasir Pasang = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 0,544 M3 = 7,04 ≈ 7 M3 Tenaga a. Pekerja = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 1,5 HOK = 19 HOK b. Tukang = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 0,75 HOK = 10 HOK c. Kepala Tukang = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 0,075 HOK = 1 HOK d. Mandor = Volume Pasangan Batu x Koefisien = 12,94 M3 x 0,075 HOK = 1 HOK 4. Plesteran Analisa SNI 2837 2008 – Memasang 1 m2 plesteran, 1 PC 5 PS, tebal 15 mm Bahan a. Semen = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,12 Zak = 5 zak b. Pasir Pasang = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,026 M3 = 1 M3 Tenaga a. Pekerja = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,3 HOK = 11 HOK b. Tukang = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,15 HOK = 6 HOK c. Kepala Tukang = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,015 HOK = 1 HOK d. Mandor = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,015 HOK = 1 HOK 5. Acian Analisa SNI 2837 2008 – Memasang 1 m2 acian Bahan a. Semen = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,07 Zak = 3 zak Tenaga a. Pekerja = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,2 HOK = 8 HOK b. Tukang = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,1 HOK = 4 HOK c. Kepala Tukang = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,01 HOK = 0,375 HOK d. Mandor = Volume Plesteran x Koefisien = 37,50 M2 x 0,01 HOK = 0,375 HOK D. REKAPITULASI VOLUME BAHAN DAN TENAGA KERJA 1. Batu Belah 16 M3 lihat Perhitungan No. 3 Pasangan Batu 2. Pasir Urug 1 M3 lihat Perhitungan No. 2 Urugan Pasir 3. Pasir Pasang 8 M3 lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 3 + No. 4 4. Semen 43 Zak lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 3 + No. 4 + No. 5 5. Pekerja 42 HOK lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 1 + No. 2 + No. 3 + No. 4 + No. 5 6. Tukang 20 HOK lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 3 + No. 4 + No. 5 7. Kepala Tukang 2 HOK lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 3 + No. 4 + No. 5 8. Mandor 3 HOK lihat dan dijumlah dari Perhitungan No. 1 + No. 2 + No. 3 + No. 4 + No. 5 9. Peralatan yang biasanya digunakan adalah cangkul, sekop, sendok semen, benang nilon, bambu, lori, palu godam dan kebutuhannya disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja. Untuk Biayanya sengaja tidak saya cantumkan karena silahkan pembaca menyesuaikan dengan harga di daerah masing-masing saja. Dan caranya hanya tinggal mengalikan Kebutuhan Bahan atau Tenaga dengan Harga Satuan masing-masingnya. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan ada komentar yang positif untuk kita semua. Dinding Penahan Retaining Wall Kamis, 10 November 2016 Konstruksi dinding penahan merupakan salah satu jenis konstruksi sipil yang berfungsi untuk menahan gaya tekanan aktif lateral suatu tanah maupun air. Oleh karena itu suatu konstruksi dinding penahan haruslah direncanakan dan dirancang agar aman terhadap gayagaya yang berpotensi menyebabkan kegagalan struktur. Pada prinsipnya dinding penahan menerima gaya-gaya berupa momen guling, gaya berat sendiri, gaya lateral tanah/air aktif pasif, gaya gelincir/sliding dan gaya angkat uplift. Dengan demikian kestabilan suatu konstruksi dinding penahan harus dirancang agar dapat menahan gaya-gaya tersebut. Dinding penahan dalam praktik konstruksi sipil memiliki banyak jenis tergantung dari aplikasi dan kasus yang akan digunakan baik untuk menahan tekanan tanah pada tebing/slope, timbunan/embankment, konstruksi sub structure /basement, kolam tampungan retensi/pond, konstruksi pembendung air, penahan transpor sedimen pada sungai dsb. Pada dasarnya dinding penahan memiliki beberapa fungsi antara lain Menahan tekanan lateral tanah aktif Active Lateral Force Soil yang dapat berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya longsor/landslide. Menahan tekanan lateral air Lateral Force Water yang dapat berpotensi menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar. Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang diakibatkan oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam hal ini juga berfungsi dalam proses dewatering yaitu dengan memotong aliran air Flow net pada tanah Cut Off. Adapun jenis-jenis konstruksi dinding penahan yang umumnya digunakan dalam praktek rekayasa konstruksi sipil antara lain 1. Dinding Penahan Tanah Massa Gravity Retaining Wall, jenis dinding penahan tanah ini banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral pada timbunan tanah maupun pada tebing-tebing yang landai sampai terjal. Prinsip kerja dari dinding penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari badan konstruksinya dengan demikian kestabilan dari struktur dapat lebih stabil dikarenakan bobotnya yang berat dalam menahan tekanan tanah lateral. Material penyusun yang digunakan pada jenis konstruksi ini biasanya berupa material pasangan batu ataupun beton bertulang Reinforced Concrete. 2. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit Cantilever Retaining Wall, Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe ini umumnya digunakan untuk menahan tekanan tanah pada timbunan maupun pada tebing. Prinsip kerja dari jenis dinding penahan jenis ini yaitu dengan mengandalkan daya jepit/fixed pada dasar tubuh strukturnya. Oleh karena itu ciri khas dari dinding penahan jenis kantilever yaitu berupa model telapak/spread memanjang pada dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk menjaga kestabilan dari struktur penahan. Umumnya konstruksi dinding penahan tipe jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton bertulang. 3. Dinding Penahan Tipe Turap Sheet Pile, jenis konstruksi dinding penahan tipe turap merupakan jenis konstruksi yang banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral tanah pada timbunan maupun untuk membendung air coverdam. Jenis konstruksi tipe turap/sheet pile umumnya terbuat dari material beton pra tegang Prestrees Concrete baik berbentuk corrugate-flat maupun dari material baja. Konstruksi dinding penahan tipe sheet pile berbentuk ramping dengan mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan dapat pula dikombinasikan dengan sistem angkur/Anchord yang disesuaikan dengan hasil perancangan. Dalam pelaksanaannya kedalaman tancap sheet pile dapat mencapai elevasi sampai tanah keras. 4. Dinding Penahan Bronjong Gabion, konstruksi dinding penahan tanah jenis ini merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas dengan step-step meyerupai terasering/tanga-tangga. Kelebihan dari dinding penahan jenis gabion selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah juga berfungsi untuk memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah Infiltrasi. 5. Dinding Penahan Tipe Blok Beton Block Concrete, jenis dinding penahan tanah tipe blok beton merupakan kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara vertikal dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun. Umumnya blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa beton precash dan kemudian proses pemasangannya di lakukan di lokasi in situ. 6. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall, jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe dinding bertulang Diaphragm Wall merupakan jenis konstruksi dinding penahan yang terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk membendung cover suatu konstruksi bawah tanah sub-strucure khusunya pada konstruksi basement suatu bangunan. Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan sistem anchord untuk menambah daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga berfungsi dalam proses dewatering untuk memotong aliran muka air tanah Cut-Off Dewatering. 7. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile, jenis konstruksi penahan continguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi bawah tanah seperti pada konstruksi basement suatu bangunan sama seperti jenis konstruksi dinding penahan diaphragm wall. Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan dengan sistem ankur/anchord untuk meningkatkan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah dan berfungsi sebagai pemutus aliran air bawah tanah Cut Off. Continguous pile dibuat di tempat in-situ dengan sistem bored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk dinding penahan yang padat. 8. Revetment, jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan lereng/tebing maupun untuk melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi jenis ini pada dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan aktif lateral tanah namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan lereng/tanggul yang tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land slide. Dari paparan yang telah dijelaskan di atas tentunya jenis-jenis konstruksi dinding penahan memiliki karakteristik berbeda-beda berdasarkan pada fungsi dan kegunaannya masing- masing yang dapat diterapkan berdasarkan kasus konstruksi yang telah direncanakan. Oleh karena itu seorang insinyur sipil diharapkan mengetahui karakteristik jenis-jenis konstruksi penahan serta kegunaannya dalam praktik konstruksi di lapangan. Semoga dengan artikel yang saya berikan ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Terima Kasih. Oleh James Thoengsal, IPP. E-Journal Sipil, Universitas Teknologi Sulawesi UTS Makassar. TanggulSungai Citarum di Desa Sumber Urip Kembali Rusak 12 March 2021 17:41 Dua pekan setelah dibangun kembali, tanggul penahan air di tepi Sungai Citarum di Desa Sumber Urip, Kabupaten Bekasi kembali rusak dan amblas. Warga di sekitar tanggul merasa resah dan meminta pemerintah segera membangun tanggul yang lebih kokoh. RECOMMENDED VIDEO ArticlePDF AvailableAbstractABSTRAKSPada hari Jumat 18 desember 2015 telah terjadi longsoran pada tebing sungai Cipunagara Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Longsor menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan membendung sungai sehingga banyak ikan di kolam mati. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab longsor dan menentukan metode penanganannya. Lokasi longsor mempunyai karakteristik material tanah berupa material lepas. Longsoran terjadi pada tebing sungai dengan kemiringan lereng 11. Pemicu longsoran diindikasikan karena daerah tersebut merupakan zona infiltrasi air dari saluran irigasi, hujan, genangan sawah, dan juga karena erosi pada tebing sungai. Berdasarkan faktor penyebab longsor maka untuk menjaga agar diperoleh lereng yang stabil, disampaikan 5 lima rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering, membuat struktur penguat tebing/pengarah aliran sungai krib, membuat subsurface drainase. Pada lokasi longsor perlu dibuat terasering. Perlu dilakukan usaha mencegah longsor pada lokasi lain yang berpotensi longsor dengan mencegah terjadinya infiltrasi air permukaan ke dalam tanah. Dari analisis stabilitas lereng, nilai FS = 0,306 dan apabila dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022Kata kunci Longsoran, Infiltrasi, Stabilitas Lereng, Subsurface Drainase ABSTRACTOn Friday, December 18th 2015, a landslide occurred in the Cipunagara River in the Pesanggrahan Village, Kasomalang District, Subang Regency. Landslides cause damage on agricultural land and dammed the river causing plenty of fishes in the pond dead. The aim of this study is to analyze the causes of landslides and determine mitigations methods that need to be applied. The landslide in the area is contained and formed by loose materials as its characteristics. Landslide occurred on the river bank having 11 slope. The triggers of the landslide are excessive water as it infiltrate the area through flowing water from irrigation canals. The second cause was rainfall, a puddle of paddy fields, and also the erosion in the river banks cutting the lower part of the hill. Based on the causing factors, to increase slope stability, there is five 5 recommendations which are to create the impermeable for irrigation channels, make the dry farming area, construct gabion to slope strengthness, arrange directional flow of the river crib, and create a subsurface drainage. At the location of landslide, it is needed also to make some terraces. Also, to prevent landslides in other locations, we need to prevent water infiltration into the soil. Furthermore, from the slope stability analysis before the occurrence, we have the value of FS = and after making the slope stronger by gabion, the value of FS becoming = Landslide, Infiltration, Slope Stability, Subsurface Drainage Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 19JLBG JURNAL LINGKUNGAN DAN BENCANA GEOLOGIJournal of Environment and Geological HazardsISSN 2086-7794, e-ISSN 2502-8804Akreditasi KEMENRISTEKDIKTI 21/E/KPT/2018 Tanggal 9 Juli 2018e-mail - di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaLandslide at Cipunagara River and its Handling DesignRokhmat Hidayat1 dan Moh. Dedy Munir2Balai Litbang Sabo, Puslitbang Sumber Daya Air, Badan Litbang, Kementerian PUPRSopalan, Maguwoharjo, Yogyakarta - IndonesiaNaskah diterima 02 Februari 2018, selesai direvisi 04 Februari 2019, dan disetujui 29 April 2019e-mail rokhmathidayat33 hari Jum’at, 18 Desember 2015, telah terjadi longsor pada tebing Sungai Cipunagara, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Longsor menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan membendung sungai. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab longsor dan menentukan metode penanganannya. Lokasi longsor mempunyai karakteristik material tanah berupa material lepas. Longsor terjadi pada tebing sungai dengan kemiringan lereng 11. Pemicu longsor diindikasikan karena daerah tersebut merupakan zona inltrasi air dari saluran irigasi, hujan, genangan sawah, dan juga karena erosi pada tebing sungai. Berdasarkan faktor penyebab longsor maka untuk menjaga agar diperoleh lereng yang stabil, disampaikan 5 lima rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering, membuat struktur penguat tebing/pengarah aliran sungai krib, membuat drainase bawah permukaan. Pada lokasi longsor perlu dibuat terasering. Perlu dilakukan usaha mencegah longsor pada lokasi lain yang berpotensi longsor dengan mencegah terjadinya inltrasi air permukaan ke dalam tanah. Dari analisis stabilitas lereng, nilai FS = 0,306 dan apabila dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022Kata kunci Drainase Bawah Permukaan, Inltrasi, Longsor, Stabilitas LerengABSTRACTOn Friday, December 18th 2015, a landslide occurred at the slope of Cipunagara River in Pesanggrahan Village, Kasomalang District, Subang Regency. The landslide caused damage on agricultural land and damed the river. The aim of this study is to analyze the causes of the landslide and determine mitigations methods that need to be applied. The landslide formed by loose materials as its characteristics was occurred on the river bank which has 11 slope. Its triggers was because it was become inltration zone of water from irrigation canals, rain, inundation of rice elds, and also due to erosion on river banks. Based on the causing factors, in order to increase slope stability, there are ve 5 recommendations to create the impermeable for irrigation channels, to make the dry farming area, to construct gabion to slope strengthness, to arrange directional ow of the river crib, and to create a subsurface drainage. At the location of landslide, it is needed also to make some terraces. In other locations, it is needed to prevent water inltration into the soil as well. Furthermore, from the slope stability analysis before the occurrence, we have the value of FS = and after making the slope stronger by gabion, the value of FS becoming = Subsurface Drainage, Inltration, Landslide, Slope Stability 20Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27PENDAHULUANHujan deras yang terjadi Jum’at 18/12/2015, mengakibatkan longsor di Kampung Cipatat, RT. 02/01, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Kasomalang, Subang. Koordinat lokasi longsor yaitu 6o42’28,76” Lintang Selatan LS, 107o44’27,44” Bujur Timur BT lihat Gambar 1. Tebing setinggi kurang lebih 50 meter mengalami longsor. Longsor telah menutup aliran Sungai Cipunagara dan mengakibatkan 2 hektar sawah dan kebun menjadi rusak serta mengancam saluran irigasi. Longsor juga mengakibatkan sedimentasi pada badan air di hilir. Akibat lainnya adalah puluhan ton ikan milik warga Desa Darmaga, Kecamatan Cisalak, dan Desa Sindangsari, Kecamatan Kasomalang, ikut mati, karena kekurangan pasokan air, akibat aliran Cipunagara tertutup material longsor pada 18-19 Desember 2015, menurut informasi dari warga terjadi akibat hujan lebat. Genangan air hujan pada sawah dan saluran irigasi, sebagian merembes ke tanah. Akibat rembesan pada lapisan tanah tebing lereng berdampak tanah menjadi jenuh air, sehingga menjadi gaya pemberat dan menurunkan kekuatan geser. Untuk menangani longsor tersebut perlu diketahui faktor penyebabnya. Setelah diketahui diperlukan rekayasa lereng untuk menjaga agar lereng tetap stabil. Dari pengamatan lapangan diketahui terdapat saluran irigasi di atas zona longsor, area pertanian berupa sawah pertanian basah, tidak terdapat struktur penguat tebing dan pengarah aliran sungai. Dilihat dari tipe longsor yang terjadi, jenis longsor ini cenderung membentuk bidang gelincir rotasional dengan material longsor berupa material lepas. Longsor ini menyebabkan banyak lahan pertanian warga yang tidak dapat digunakan sesuai fungsi utamanya. Untuk mengurangi perluasan bencana longsor pada area lokasi penelitian, perlu diadakan kajian lebih lanjut baik secara kajian geologi teknik maupun secara genetik. Hal ini dilakukan dengan mencari faktor keamanan baik sebelum longsor maupun setelah terjadinya longsor. Faktor ini didapatkan dengan memodelkan daerah telitian, menggunakan software slide. Faktor keamanan inilah yang akan mencermikan seberapa besar risiko longsor susulan yang akan terjadi dan langkah preventif apa yang dapat dilakukan untuk mencegah longsor susulan. Selain analisis faktor Gambar 1. Lokasi Longsor Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kasomalang, SubangU 21Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain Penanganannyakeamanan melalui permodelan juga dilakukan kajian secara genetik melalui interpretasi sifat geologi, geomorfologi maupun kelerengan area penelitian mengenai hujan sebagai pemicu longsor telah dilakukan Brunetti drr. 2012, Huang drr. 2012, Saputra drr. 2007 dan Tohari drr. 2005. Hujan pemicu longsor dapat berupa hujan deras dan singkat, serta hujan tidak deras tapi lama Karnawati, 2005. Sipayung drr. 2014, membuat persamaan empiris memprediksi longsor di DAS Citarum P0 = fP1,P2 dengan P1 jumlah hujan 3 hari sebelum longsor dan P2 jumlah hujan 15 hari sebelum P1. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa intensitas, pola distribusi, dan durasi hujan sangat mempengaruhi mekanisme keruntuhan lereng disamping faktor-faktor geologi dan geoteknik serta topogra lereng Muntohar drr., 2013; Xue drr., 2016.Material lapukan mempunyai sifat mekanik yang berpengaruh terhadap stabilitas lereng Bowles 1985; Craig 1989. Desain lereng yang semakin landai akan meningkatkan stabilitas lereng. Desain lereng merupakan seni dalam menentukan keseimbangan antara kemiringan lereng dan keuntungan bagi perusahaan tambang Azizi drr. 2012. Penelitian mengenai analisis balik stabilitas lereng telah dilakukan Arif & Widodo 2008. Stabilitas lereng dipengaruhi oleh jenis material, kemiringan, hujan atau keairan. Material nonkompak akan mudah mengalami longsor bila mengalami inltrasi air. Menurut Hardiyatmo 2006, metode penanganan gerakan tanah antara lain mengubah geometri kelerengan, mengendalikan aliran air drainase, dan struktur bangunan untuk stabilisasi. Struktur bangunan dimaksudkaan untuk menambah gaya-gaya yang menahan kelongsoran, yang meliputi berm timbunan batuan, dinding penahan dan Permen PU 22 tahun 2007, penanggulangan longsor dapat dilakukan dengan drainase yang tepat pada lereng. Tujuan pengaturan sistem drainase adalah untuk menghindari air hujan yang banyak meresap masuk dan terkumpul pada lereng yang rawan longsor. Dengan demikian, perlu dibuat drainase permukaan yang mengalirkan air limpasan hujan menjauh dari lereng rawan bencana longsor, dan drainase bawah permukaan yang berfungsi untuk menguras atau mengalirkan air hujan yang meresap masuk ke lereng. Menurut SNI 03-1962-1990, penanggulangan longsor dapat dilakukan dengan mengendalikan air permukaan drainase permukaan. Usaha mengeringkan atau menurunkan muka air tanah dalam lereng dengan mengendalikan air rembesan yaitu dengan membuat saluran kedap penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab longsor, menentukan metode penanganan longsor, mengkaji pengaruh keberadaan saluran irigasi pada zona longsor, serta menentukan perlu tidaknya struktur penguat tebing dan pengarah aliran sungai. METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi dan identikasi data sekunder peta situasi longsor, pengamatan lapangan untuk mengetahui kondisi sik lokasi longsor dan analisis data. Analisis data yang digunakan adalah penggunaan lahan, morfologi, jenis tanah, penyebab terjadinya longsor, stabilitas lereng. Penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya longsor. Suatu lereng yang di atasnya terdapat genangan air seperti sawah basah atau kolam akan memicu terjadinya longsor. Dari segi morfologi geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi tinggi lereng dan kemiringan lereng, baik itu lereng tunggal single slope maupun lereng keseluruhan overall slope. Suatu lereng disebut lereng tunggal jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut keseluruhan overall slope jika dibentuk oleh beberapa jenjang. Lereng yang tinggi cenderung lebih mudah longsor dibanding dengan lereng yang tidak terlalu tinggi dengan jenis batuan penyusun yang sama. Demikian pula dengan sudut lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka lereng tersebut akan semakin tidak stabil. Hal yang sangat berperan dalam kestabilan lereng adalah sifat sik dan mekanik batuan tersebut. Sifat sik batuan yang digunakan dalam menganalisis kemantapan lereng adalah bobot isi tanah γ, sedangkan sifat mekaniknya adalah kekuatan geser batuan yang dinyatakan dengan parameter kohesi c dan sudut geser dalam φ yang berfungsi sebagai gaya untuk melawan atau menahan gaya penyebab tanah pada dasarnya dapat terjadi apabila gaya-gaya menahan resisting forces massa tanah 22Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27di lereng lebih kecil dibandingkan gaya mendorong atau luncuran tanah sepanjang lereng. Gaya yang menahan massa tanah di sepanjang lereng dipengaruhi oleh kedudukan muka air tanah, yang akan mempengaruhi sifat/mekanisme tanah terutama daya ikat tanah, sudut dalam tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang bidang luncuran. Gaya pendorong dipengaruhi oleh kandungan air dalam tanah, beban bangunan, berat massa mencegah terjadinya longsor susulan di area penelitian perlu dilakukan perekayasaan lereng agar faktor keamanan stabilitas lereng meningkat. Perekayasaan ini dapat berupa pembangunan bangunan teknik pencegah longsor maupun perekayasaan dengan cara melandaikan lereng atau pengurangan kejenuhan kadar air dari suatu lereng. Pada beberapa kasus biasanya dilakukan upaya kombinasi berupa pelandaian dan penanganan preventif lainnya dengan bangunan teknik penghalang longsor. Pada kasus ini peneliti mencoba melakukan berbagai analisis perekayasaan gabungan sebagai bentuk dari langkah pencegahan longsor. Analisis yang dilakukan dengan memodelkan langkah ke dalam program DAN PEMBAHASANDari hasil pengamatan di lapangan didapatkan dimensi longsor yaitu panjang 295m, lebar pada 19 Desember 2015. Berdsaran penuturan warga longsor terjadi setelah terjadi hujan lebat. Air hujan yang meresap ke dalam tanah maupun air dari sawah dan saluran irigasi mengakibatkan penurunan stabilitas peninjauan di lapangan, kemiringan lereng pada lokasi bencana sekitar 15◦, tetapi di ujung lereng terdapat tebing dengan lereng 60◦. Material longsor telah menyebabkan alur sungai berpindah dari yang sebelumnya berkelok menjadi lurus. Berdasarkan interpretasi peta, daerah longsor merupakan daerah dengan karakteristik tanah batuan yang paling lemah. Hal ini ditunjukkan adanya rembesan air pada daerah tersebut Gambar 3. Air juga dapat dikorelasikan dengan lebatnya tumbuhan yang berada di daerah tersebut. Tumbuhan yang lebih lebat mengindikasikan ketersediaan air yang melimpah di lereng tersebut. Litologi daerah penelitian terdiri dari tanah aluvial yang memiliki karakteristik porous. Adanya mata air yang mengalir menandakan bahwa aliran Gambar 2. Kondisi Lokasi Sebelum Terjadi Longsor Sumber 200742m-90m, dan tinggi 45m gambar 2.Kejadian longsor mayoritas terjadi pada saat musim hujan, dan jarang terjadi pada musim kering, seperti kejadian longsor di Sungai Cipunagara Gambar 3. Kondisi rembesan dan jenis tanah pada lokasi longsoran 23Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain Penanganannyatersebut mengalir pada dasar yang tidak porous atau lapisan tanah yang lebih keras. Jenis tanah di sekitar lokasi adalah material endapan vulkanik berukuran pasir lanauan yang berwarna coklat ke merah-merahan lihat gambar 3, terdiri tiga jenis lapisan tanah berdasar ukuran butir dan warna tanah. Hasil pengujian sifat mekanika tanah yang meliputi nilai kohesi, sudut gesekan dalam dan berat jenis tanah, dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai hasil uji mekanika tanahParameter Lapisan Tanah 1Lapisan Tanah 2Lapisan Tanah 3Berat basah Ɣwet kN/m317,9 19,6 19,1 Sudut gesekan dalam ᶿ22 15 25Kohesi kN/m310 42 18Rembesan mengalir dari dalam tanah Gambar 3. Sumber rembesan diduga dari area sawah, saluran irigasi dan pemukiman. Adanya rembesan mengindikasikan bahwa di bawahnya terdapat lapisan kedap air. Bagian atas zona longsor terdapat zona resapan atau genangan hasil dari aliran permukaan yang berasal dari daerah sekitar longsor yaitu saluran irigasi dan sawah Gambar 4.Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, diketahui bahwa jenis longsor adalah longsor rotasi slump slide. Longsor ini terjadi karena bergeraknya massa tanah pada bidang gelincir yang berbentuk cekung. Identikasi jenis longsor didasarkan adanya beberapa gejala yang berupa munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing; terjadi setelah hujan deras. Air hujan menimbulkan berat massa tanah naik dan angka pori dalam tanah meningkat, sehingga tegangan pori memperlemah tahanan gesek dalam tanah yang memicu terjadinya atas zona longsor berupa zona resapan yang bersumber dari air hujan, rembesan saluran irigasi dan genangan air pada sawah; Di ujung lereng pada tepi sungai berupa tebing terjal, yang sudah longsor pada waktu terdahulu, sebelum longsor 19 Desember daerah longsor dapat dilihat pada Gambar 5. Daerah longsor berupa lahan pinggir sungai, di bagian atas longsor berupa sawah dan terdapat saluran irigasi. Dari peta Google Earth dapat terlihat bahwa area longsor sebelumnya merupakan Gambar 4. Kondisi sawah dan saluran irigasi di atas zona longsor Gambar 5. Peta situasi pada longsordaerah hijau, menandakan daerah tersebut daerah kaya utama terjadinya longsor adalah bentuk lereng yang terjal, curah hujan tinggi yang mengakibatkan kondisi tanah yang berada di atas lokasi longsor menjadi jenuh air. Air ini bersumber dari air hujan, air saluran irigasi dan genangan sawah. Kondisi ini menjadikan bagian atas lokasi bertambah berat yang meningkatkan gaya dorong dan keadaan jenuh air mengurangi gaya penahan, sehingga terjadi longsor. Penyebab gerakan tanah secara umum dapat 24Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 27dirinci, yaitu gerusan pada bagian bawah lereng dan dikelokan sebelah luar kelokan sungai yang disebabkan oleh arus pada saat banjir; Lereng yang curam dengan perbedaan elevasi yang cukup besar antara daerah puncak dengan sungai di dasar; Tanah dan tipe batuan yang porous dengan kemampuan meloloskan air tinggi; Curah hujan yang tinggi, dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang lama beberapa hari sebelum kejadian gerakan tanah; Penataan air permukaan yang kurang baik di area rawan longsor, hal ini salah satunya disebabkan sistem aliran air permukaan saluran irigasi yang belum di semen tidak kedap air sehingga menyebabkan air meresap ke dalam tanah dan terjadi penjenuhan. Hal ini ditambah dengan tata guna lahan di daerah atas dari tebing yang longsor berupa sawah serta genangan air yang menyebabkan penjenuhan tanah; Bukit dan sungai belum memiliki struktur penahan tebing maupun pengarah aliran sungai sehingga rawan longsor; Retakan tanah yang mungkin disebabkan oleh yang kedap air, maka inltrasi air permukaan akan dapat dicegah Gambar 7.Membuat area pertanian kering bukan sawah. Hal ini bertujuan untuk mencegah inltrasi air pada bidang longsor. Air genangan pada lahan pertanian akan meresap pada zona longsor sehingga stabilitas lereng turun. Untuk mencegah terjadinya inltrasi Gambar 6. Potongan memanjang lokasi longsorkekeringan yang panjang. Air hujan dapat secara langsung menginltrasi tanah dan mempercepat penjenuhan lereng, memicu longsor gambar 6. Pemicu terjadinya longsor adalah inltrasi air permukaan ke dalam bidang lereng pada sempadan sungai dan pengikisan tebing sungai, sehingga rekomendasi penanganan longsor adalah sebagai berikut;Membuat saluran irigasi yang kedap air untuk mencegai air pada saluran irigasi dan dari sawah tidak dapat meresap ke area sekitar, resapan air ini yang menyebabkan stabilitas lereng menjadi turun.. Bila pada saluran irigasi terdapat bagian yang tidak kedap air harus dibuat menjadi kedap air dengan sementasi, sehingga air tidak meresap ke tanah. Dengan mengalirkan air pada saluran Gambar 7. Saluran irigaasi harus kedap air warna hitamGambar 8. Pembuatan Area Pertanian Kering garis putusair ke tanah, maka area pertanian harus bersifat kering, tanpa ada genangan air Gambar 8.Membuat struktur penguat lereng structural. Perlu dibuat tembok penahan lereng pada tepi sungai dan sekitar 125 m dari tepi sungai. Tembok penahan lereng perlu dibuat untuk memperkuat lereng sehingga tidak terjadi longsor. Tembok penahan lereng berupa bronjong sehingga rembesan air tetap bisa penguat lereng pada tepi sungai/tanggul Gambar Dibuat dengan bronjong supaya rembesan air bisa lewat SNI 03-0090-1999 tentang Bronjong kawat; Tinggi bronjong sesuai tinggi banjir ditambah tinggi jagaan; Arah/lokasi bronjong sesuai arah tepi sungai yang asli; 25Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaBronjong ditanam sesuai kondisi geoteknik tanah setempat, sampai lapisan penguat lereng, lokasi dari tepi sungai 125 m arah atas longsor Gambar Perkuatan lereng revetments adalah bangunan yang ditempatkan pada permukaan suatu lereng guna melindungi suatu tebing alur sungai atau permukaan lereng tanggul dan secara keseluruhan berperan meningkatkan stabilitas. Dibuat dengan bronjong supaya air bisa lewat; Dibuat sejajar lereng, agar lereng menjadi kuat dan stabil; Tinggi dan lebar bangunan sesuai ukuran lereng; Bronjong ditanam sesuai kondisi geoteknik setempat, sampai lapisan pengarah aliran krib untuk melindungi tepi sungai Gambar 10. Krib adalah bangunan yang dibuat mulai dari tebing sungai ke arah tengah guna mengatur arus sungai dan tujuan utamanya adalah; Mengatur arah arus sungai; Mengurangi kecepatan arus sepanjang tebing sungai; Untuk keamanan tebing terhadap gerusan; Mempertahankan lebar dan kedalaman air pada alur sungai. Struktur krib disesuaikan dengan SNI T-01-1990-F tentang tata cara perencanaan umum krib di sungai. a b c Gambar 9. a Posisi penguat lereng, b posisi dalam potongan memanjangDesain pemasangan bronjongGambar 10. Lokasi krib berdampingan dengan penguat lerengHASIL DAN PEMBAHASANBerdasarkan data geometri lereng dan data sifat mekanika tanah Tabel 1 dapat dilakukan analisis stabilitas lereng. Gambar 11 merupakan pemodelan stabilitas lereng dengan software SLIDE. Panjang penampang sebenarnya 300 m dengan tinggi area Gambar 11. Permodelan dengan SLIDE sebelum dan sesudah tanah longsor 26Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 10 No. 1, April 2019 19 - 2750 m. Analisis dilakukan dengan metode Bishop. Terlihat bahwa faktor keamanan dari lereng tersebut seluruhnya terlihat kritis dengan nominal 0-1 yang dikategorikan rawan. Faktor keamanan terendah berada pada tebing teratas dengan slope 55o yaitu 0,204. Titik inilah yang diduga runtuh pertama kali sebelum longsor terjadi. Tampak terlihat pada pemodelan bahwa jenis longsor merupakan longsor rotasional dengan tipe Earth yang terjadi di Kampung Cipatat, Desa Pasanggarahan, Kecamatan Kasolamalang, Subang cenderung membentuk bidang gelincir rotasional dengan material longsor berupa material lepas. Faktor yang memicu longsor adalah bentuk dan ukuran tebing lereng yang tinggi serta sudut kemiringan lereng yang besar. Dari kajian di lapangan dapat diketahui faktor penyebab longsor Sungai Cipunagara yaitu karakteristik tanah yang berupa endapan sungai yang bersifat porus, tebing sungai yang curam, pengikisan tebing karena lokasi longsor pada kelokan sungai, inltrasi air dari air hujan, genangan sawah dan saluran irigasi. Berdasarkan faktor penyebabnya maka untuk meningkatkan stabilitas lereng, disampaikan rekomendasi yaitu membuat saluran irigasi kedap air, membuat area pertanian kering bukan sawah, terasering, membuat struktur penguat tebing, serta pengarah aliran sungai krib. Penanganan longsor ini pada prinsipnya adalah menambah gaya penahan struktur penguat dan saluran kedap air serta mengurangi gaya dorong mencegah inltrasi. Berdasarkan analisis stabilitas lereng, setelah dibangun struktur penguat tebing maka lereng menjadi stabil. Pemasangan bronjong batu dengan kombinasi jangkar atau anchor. Bronjong batu di pasang berundak dengan lebar bagian atas 2 m dan tinggi setiap undakan 1-1,17m. Jangkar dapat dipasang pada setiap tingkatan undakan bronjong batu, akan tetapi untuk penhematan anggaran, jangkar dipasang pada setiap 3 undakan. Jangkar dipasang berlawanan dengan arah kemiringan batuan untuk mencegah longsoron dan menahan gaya luncuranHasil pemodelan stabilitas lereng dengan software SLIDE dengan analisis metode Bishop menunjukkan faktor keamanan dari lereng berkisar 0 – 1 yaitu FS = 0,306 yang termasuk kategori rawan. Setelah dilakukan penguatan tebing maka nilai FS= 1,022 yang berarti termasuk katagori tidak TERIMA KASIHKami ucapkan terima kasih kepada Kepala BBWS Citarum, Kepala Pusair, dan Kepala Balai Sabo atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan kajian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Balai Sabo atas bantuan dan dukungannya dalam melakukan kajian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Pemda Subang yang sangat kooperatif dan mendukung terlaksananya penelitian ini. Tidak lupa disampaikan apresiasi kepada warga yang sangat kooperatif dan mendukung terlaksananya penelitian PUSTAKAAzizi M. A., Kramadibrata S., Wattimena R. K., Djati I. S., dan Adriansyah Y., 2012. Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral X. Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika Ke-1 Tahun 2012Arif, M., & Widodo, A., 2008. Analisis Balik Kelongsoran- Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITS. J. E., 1985. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah 2nd ed. Erlangga, Peruccacci S., Rossi M., Luciani S., Valigi D., and Guzzetti F., 2012. Rainfall thresholds for the possible occurrence of landslides in Italy. Journal of Natural Hazards and Earth Sistem Sciences 10 R. F., 1989. Mekanika Taanah 4th ed. Erlangga. Earth, 2007. Explore, Search and Discover, Http// 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gajah Mada University Press. Lee Hoa Chiu & Cheng 2012. Stability monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprolemeasurements. Jurnal Soils and Foundations 524737– D., 2005. Bencana Alam Gerakan 27Longsor di Sungai Cipunagara dan Desain PenanganannyaMassa di Indonesia dan Upaya Penaggulangannya. Jurusan Teknik Geologi UGM Ikhsan, J., and Liao, 2013. Inuence of Rainfall Patterns on the Instability of Slopes. Civil Engineering Dimension, Vol. 152, 120-128Permen PU 22, 2007. Pedoman Penataan Ruang Kawaasan Raawan Bencana Longsor, Kementrian PU, Republik 03-1962-1990, Tata Cara Perencanaan Penanggulangan Longsoran. Badan Standardisasi Indonesia. E., & Nayoan T. F., 2007. Pengaruh curah hujan terhadap stabilitas lereng pada timbunan jalan tol di Jawa Barat. Skripsi. Teknik Sipil Universitas Maranatha A., Sarah, D. dan Sumarnadi, 2005. Mitigasi Bahaya Gerakan Tanah di Daerah Tropis Penelitian Karakter Curah Hujan Pemicu Gerakan Tanah di Daerah Cikijing, Kabupaten Majalengka. Laporan Penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Yin, Q. L., Wang, Y., dan Tang, Z. H., 2002. Mechanism and dynamic simulation of landslide by precipitation. Journal of Geological Science and Technology Information in Chinese 211 75– K., Ajmera, B., Tiwari, B., and Hu, Y., 2016. Effect of Long Duration Rainstorm on Stability of Red-clay Slopes. Geoenvironmental Disasters, Vol. 3, 12-26. Desa Clapar merupakan salah satu desa di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, yang tergolong daerah rawan longsor. Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi tipe longsor dengan menganalisis bidang gelincir berdasarkan sebaran nilai resistivitas secara lateral. Penelitian ini mengaplikasikan metode geolistrik resistivitas dengan konfigurasi dipol-dipol. Pengukuran dilakukan di dua lokasi, yaitu lereng bukit sebelah barat dan timur kawasan pemukiman, yang masing-masing terdiri dari 2 dan 3 lintasan pengukuran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang gelincir pada lokasi pertama mempunyai nilai resistivitas sebesar 2,93 - 47,43 m, berupa lapisan lempung dengan bidang berbentuk relatif rata pada kedalaman 4,5 - 15,0 meter. Demikian juga dengan bidang gelincir pada lokasi kedua yang mempunyai nilai resistivitas sebesar 1,32 - 14,38 m, berupa lapisan lempung dengan bidang berbentuk relatif rata pada kedalaman 1,5 - 7,0 meter. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tipe longsor di Desa Clapar diprediksi sebagai longsor LoeqmanNana SulaksanaA. Helman HamdaniWening SulistriABSTRAKIndonesia mempunyai 127 gunungapi aktif dan berdasarkan sejarah erupsi 67 di antaranya merupakan gunungapi berbahaya. Erupsi gunungapi memiliki risiko merusak dan mematikan tidak hanya bagi masyarakat yang bermukimdi sekitarnya tapi juga menyebabkan bencana bagi masyarakat luas. Salah satu bahaya primer erupsi gunungapi adalah aliran awanpanas, produk erupsi gunungapi yang sampai saat ini paling banyak menyebabkan jatuhnya korban jiwa, untuk itu diperlukan suatu simulasi/pemodelan untuk mengetahui pola aliran awanpanas guna mendukung penentuan Kawasan Rawan Bencana KRB erupsi aliran awanpanas ini dibuat berdasarkan data Model Elevasi Digital DEM dan memanfaatkan aplikasi Sistem Informasi Geografis GIS, dengan output berupa representasi dinamis dari kecepatan aliran awanpanas, ketebalan deposit, dan daerah terdampak, dengan studi kasusGunungapi Sinabung Sumatra Utara. Setelah erupsi terakhir 1200 tahun lalu peningkatan aktivitas Gunungapi sinabung ditandai dengan terjadinya letusan freatik pada periode Agustus-September 2010. Setelah 3 tahun beristirahat, aktivitas erupsi kembali terjadi sejak September 2013 hingga saat ini. Aktivitas erupsi berupa pertumbuhan kubah lava dan luncuran awanpanas telah mengakibatkan jatuhnya korban jiwa serta memaksa penduduk mengungsi menjauhi daerah aliran awanpanas Gunungapi Sinabung karena runtuhnya kubah lava dibuat ke berbagai arah dengan skenario volume kubah lava ; 1, 2 dan 3 juta m3. Hasil overlay antara daerah landaaan awanpanas dengan skenario 3 juta m3 pada Peta KRB menunjukan jangkauan aliran awanpanas pada sektor tenggara, barat dan timurlaut telah sedikit melewati batas KRB III kawasan sangat berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, guguran lava dangas beracun.Kata kunci awanpanas, Simulasi/model, titan2d, KRBABSTRACTIndonesia has 127 active volcanoes and based on historical eruption, 67 of them are dangerous. Volcano eruption having destructive risk and deadly, not only for the people who lived around, but also caused disaster for large society. One of the primary danger of volcano eruption is the pyroclastic flow, volcano eruption products that until recently was the most caused the loss of life, therefore necessary creating a simulation/modeling to know pyroclastic flow pattern to support of a determination the Volcanic hazard map. Pyroclastic flow Simulation/modeling is made based on the Digital Elevation Model DEM data and using Geographical Information System GIS application, with output of representation dynamic from the pyroclastic flow velocity, the thickness of deposit, and affected areas, with case Sinabung Volcano in North lates eruption about years ago, Increased activity Sinabung volcano started by phreatic eruptions during August – September 2010. After three years of rest, eruption activity occurs again on September 2013 until today, with lava dome growth and pyroclastic flow acitvity have caused casualties and forcing residents were being evacuated away from the danger pyroclastic flow simulation/modeling due the lava dome collapse is made into various directions with scenario of lava dome volume ; 1, 2 and 3 million m3. The results of overlay between areas affected by pyroclastic flow model with scenario 3 million m3 and volcanic hazard map showed the range of pyroclastic flow to the southeast, west and northeast sector reached the limit of zone III at volcanic hazard map Very potentially affected by pyroclastic flow, lava flow, lava avalanche, and toxic volcanic gas .Keywords pyroclastic, simulation/modeling Titan2D, volcanic hazard mapBackground Slope stability issue in red clay slopes during rainfall is one among the serious geoenvironmental disasters in China. In order to investigate the effect of long duration rainstorm on red-clay slopes, studies were conducted using Geostudio 2012. Five different rainfall-durations were applied to the slope and the results of coupled and uncoupled calculation modes were compared. Results and Conclusions Results show that pore water pressure increased due to the dissipation of matric suctions and rise in water table during the rainfall period with the longer the rainfall duration, the larger the pore water pressure. The rate of change of pore water pressure was largest at rainfall durations of 4 days, among all the duration conditions considered for this study. After short duration rainstorms, a settlement of the surface of the slope was observed. However, in long duration rainstorms, the slope surface swelled in a non-uniform manner with the head of the slope experiencing the greatest expansion. Factor of safety exhibited a hysteresis during the calculation process, which was similar in trend with the pore water pressure as well, and it showed some amplitude during the calculation steps under the coupled calculation analysis as a result of the deformation and seepage force affecting each other on the performance of slope, especially for the slope assessment of rainstorm-induced shallow landslides is still a research topic of wide concern for scientists and engineers. This paper examined the effect of rainfall intensity distribution on shallow landslides. Four synthetic rainfall distributions comprising uniformed, delayed, centralized, and advanced, were selected to examine the effect of rainstorm patterns on slope failure. The infiltration was modeled using Green-Ampt equation, while an infinite slope was selected to model the shallow landslide. Monte Carlo Simulation was applied to analyze the failure probability of the slopes. Two landslide cases were selected to examine the proposed model. The results indicated that among the four representative rainstorm patterns, the advanced rainfall pattern caused worst slope stability. The advanced rainfall pattern resulted in the shortest rainfall duration threshold for landslide occurrence, followed by the central, uniform, and then delayed rainfall pattern. The probabilistic analysis method was suitable to estimate the time of failure for the evaluated landslide Italy, rainfall is the primary trigger of landslides that frequently cause fatalities and large economic damage. Using a variety of information sources, we have compiled a catalogue listing 753 rainfall events that have resulted in landslides in Italy. For each event in the catalogue, the exact or approximate location of the landslide and the time or period of initiation of the slope failure is known, together with information on the rainfall duration D, and the rainfall mean intensity I, that have resulted in the slope failure. The catalogue represents the single largest collection of information on rainfall-induced landslides in Italy, and was exploited to determine the minimum rainfall conditions necessary for landslide occurrence in Italy, and in the Abruzzo Region, central Italy. For the purpose, new national rainfall thresholds for Italy and new regional rainfall thresholds for the Abruzzo Region were established, using two independent statistical methods, including a Bayesian inference method and a new Frequentist approach. The two methods proved complementary, with the Bayesian method more suited to analyze small data sets, and the Frequentist method performing better when applied to large data sets. The new regional thresholds for the Abruzzo Region are lower than the new national thresholds for Italy, and lower than the regional thresholds proposed in the literature for the Piedmont and Lombardy Regions in northern Italy, and for the Campania Region in southern Italy. This is important, because it shows that landslides in Italy can be triggered by less severe rainfall conditions than previously recognized. The Frequentist method experimented in this work allows for the definition of multiple minimum rainfall thresholds, each based on a different exceedance probability level. This makes the thresholds suited for the design of probabilistic schemes for the prediction of rainfall-induced landslides. A scheme based on four probabilistic thresholds is proposed. The four thresholds separate five fields, each characterized by different rainfall intensity-duration conditions, and corresponding different probability of possible landslide occurrence. The scheme can be implemented in landslide warning systems that operate on rainfall thresholds, and on precipitation measurements or Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral XM A AziziS KramadibrataR K WattimenaI S DjatiY Dan AdriansyahAzizi M. A., Kramadibrata S., Wattimena R. K., Djati I. S., dan Adriansyah Y., 2012. Analisis Risiko Kestabilan Lereng Tambang Terbuka Studi Kasus Tambang Mineral X. Prosiding Simposium dan Seminar Geomekanika Ke-1 Tahun 2012Analisis Balik Kelongsoran-Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITSM ArifA WidodoArif, M., & Widodo, A., 2008. Analisis Balik Kelongsoran-Studi Kasus di Jember. Jurusan Teknik sipil ITS. Fisis dan Geoteknis TanahJ E BowlesBowles J. E., 1985. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah 2nd ed. Erlangga, Tanah Longsor dan ErosiC H HardiyatmoHardiyatmo 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Gajah Mada University Press. monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprofilemeasurementsA B HuangJ T LeeT H HoaY F ChiuS Y ChengHuang Lee Hoa Chiu & Cheng 2012. Stability monitoring of rainfall-induced deep landslides through pore pressureprofilemeasurements. Jurnal Soils and Foundations 524 Alam Gerakan Massa di Indonesia dan Upaya PenaggulangannyaD KarnawatiKarnawati., D., 2005. Bencana Alam Gerakan Massa di Indonesia dan Upaya Penaggulangannya. Jurusan Teknik Geologi UGM Yogyakarta. Dilokasi bantaran sungai (kali) Wolowona, kepada Bhayangkara Utama, Kabid Pengairan, Sinta Sare, mengatakan, terkait dengan permintaan atau harapan dari warga tersebut akan ditindaklanjuti tahun ini juga, mengingat DAS ini cukup rawan dan menjadi langganan banjir setiap tahun apabila musim penghujan tiba.How to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani Find Transport to Sungai Petani Search accommodation with There are 4 ways to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani by bus, car ferry, train, taxi, car or towncar Select an option below to see step-by-step directions and to compare ticket prices and travel times in Rome2Rio's travel planner. Recommended Bus, car ferry, train Take the bus from Penang Airport to Weld Quay Take the car ferry from Raja Tun Uda Ferry Terminal to Sultan Abdul Halim Ferry Terminal Take the train from Butterworth to Sungai Petani Taxi Take a taxi from Penang Airport PEN to Sungai Petani Drive Drive from Penang Airport PEN to Sungai Petani Towncar Take a town car from Penang Airport to Sungai Petani Questions & Answers What is the cheapest way to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani? The most affordable way to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani is to bus and car ferry and train, which costs 70 ₴ - 140 ₴ and takes 2h 59m. More details What is the fastest way to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani? The quickest way to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani is to taxi which costs 1 000 ₴ - 1 300 ₴ and takes 46 min. More details How far is it from Penang Airport PEN to Sungai Petani? The distance between Penang Airport PEN and Sungai Petani is 46 km. The road distance is km. Get driving directions How do I travel from Penang Airport PEN to Sungai Petani without a car? The best way to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani without a car is to bus and car ferry and train which takes 2h 59m and costs 70 ₴ - 140 ₴. More details How long does it take to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani? It takes approximately 2h 59m to get from Penang Airport PEN to Sungai Petani, including transfers. More details Can I drive from Penang Airport PEN to Sungai Petani? Yes, the driving distance between Penang Airport PEN to Sungai Petani is 60 km. It takes approximately 46 min to drive from Penang Airport PEN to Sungai Petani. Get driving directions Where can I stay near Sungai Petani? There are 158+ hotels available in Sungai Petani. Prices start at 3 750 ₴ per night. More details What companies run services between Penang Airport PEN, Malaysia and Sungai Petani, Malaysia? There is no direct connection from Penang Airport PEN to Sungai Petani. However, you can take the bus to Weld Quay, take the walk to Raja Tun Uda Ferry Terminal, take the car ferry to Sultan Abdul Halim Ferry Terminal, take the walk to Butterworth, then take the train to Sungai Petani. Alternatively, you can take the taxi to Sungai Petani. KTM Komuter Rapid Penang Rapid Ferry Taxi from Penang Airport PEN to Sungai Petani Jayride Ave. Duration 46 min Frequency On demand Estimated price 2 100 ₴ - 2 900 ₴ Want to know more about travelling around the world? Rome2Rio's Travel Guide series provide vital information for the global traveller. Read our range of informative guides on popular transport routes and companies - including How to get from Southend Airport into central London, Travelling around the UAE and How to plan an amazing trip around Scandinavia - to help you get the most out of your next trip. Where to next? Trips from Penang Airport PEN Trips to Sungai Petani Popular routes
.