ArticlePDF Available AbstractAbstrak Mahmoud Syalthut mengatakan Al QurâaĚ
n mulaĚ
imun fi Ě
kullizzamaĚ
n wal makaĚ
n al qurâan selalu relevan dengan ruang dan waktu yang ada, dalam alQurâan juga terdapat banyak ayat yang mengandung konsep-konsep dan nilainilai pendidikan; materi maupun metodologi. Karena itu penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui konsep-konsep al Qurâan terkait dengan lingkup materi, metode dan evaluasi pembelajaran serta relevansinya dengan konsep yang penelitian ini adalah dokumen, dengan menggunakan metode tematik yang dilanjutkan dengan analisis reflektif, induktif dan bahasa. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa materi pembelajaran dalam al Qurâan dibedakan menjadi materi yang bersifat syarâiyah dan non-syarâiyah. Syarâiyah dibedakan menjadiakidah, syariâah dan akhlak. Materi non-syarâiyah dibedakan menjadi eksak dan humaniora. Metode pembelajaran yang dapat ditelusuri dalam alqurâandiantaranya hiwar, kisah, amtsal, keteladanan, pembiasaan, ibrah-mauâidzah, targhib-tarhib, nasehat, persuasi/hikmah, tsawab-iqab, ceramah, tanya jawab,diskusi, sorogan, bandongan, mudzakarah, pemberian tugas, karyawisata, eksperimen, drill, sosiodrama, demonstrasi dan kerja kelompok. Sedangkankegiatan dalam pembelajaran berupa darasa, nazara, Iâtibar, tafakkur, tadzakkur, tadabbur, iqroâ, jdil, andzir, alam tara, isâal, taâarafa, aqala, alima, ma adrka,tafassaha, allama, rabbaya, yatlu, yuzakki, quw, daâa, faqiha dan fahima. Keyword Materi, Metode/aktivitas, Evaluasi, Pembelajaran, Al Qurâan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. MATERI, METODE, DAN EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF AL QURâAN Subur Institut Agama Islam Negeri Purwokerto AbstractMahmoud Syaltut said that al-quran always relevant to space and time in the Qurâan, there are also many verses that contain the concepts and values of education. Therefore this study was conducted to determine the concept of Qurâan related to the scope materual, methods. And evaluation of learning and its relev ance to the exiting concept. Source of this research is a documentusing themtic followed by reflective, inductive, and language analysis. The result showed that there are learning materials in the qurâan, wich is devided into Syarâiyah and non-Syarâiyah materials. Syarâiyah devide into exact and the humanities. There are several learning methods that can be trached in the Qurâan. Keyword Materials, Methods / activities, Learning, Koran Abstrak Mahmoud Syalthut mengatakan Al Qurâîî´¤n mulîî´¤imun fîî§ kullizzamîî´¤n wal makîî´¤n al qurâan selalu relevan dengan ruang dan waktu yang ada, dalam al Qurâan juga terdapat banyak ayat yang mengandung konsep-konsep dan nilai-nilai pendidikan; materi maupun metodologi. Karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui konsep-konsep al Qurâan terkait dengan lingkup materi, metode dan evaluasi pembelajaran serta relevansinya dengan konsep yang ada. Sumber penelitian ini adalah dokumen, dengan menggunakan metode tematik yang dilanjutkan dengan analisis reflektif, induktif dan bahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi pembelajaran dalam al Qurâan dibedakan menjadi materi yang bersifat syarâiyah dan non-syarâiyah. Syarâiyah dibedakan menjadi akidah, syariâah dan akhlak. Materi non-syarâiyah dibedakan menjadi eksak dan humaniora. Metode pembelajaran yang dapat ditelusuri dalam alqurâan diantaranya hiwar, kisah, amtsal, keteladanan, pembiasaan, ibrah-mauâidzah, targhib-tarhib, nasehat, persuasi/hikmah, tsawab-iqab, ceramah, tanya jawab, diskusi, sorogan, bandongan, mudzakarah, pemberian tugas, karyawisata, eksperimen, drill, sosiodrama, demonstrasi dan kerja kelompok. Sedangkan kegiatan dalam pembelajaran berupa darasa, nazara, Iâtibar, tafakkur, tadzakkur, tadabbur, iqroâ, jdil, andzir, alam tara, isâal, taâarafa, aqala, alima, ma adrka, tafassaha, allama, rabbaya, yatlu, yuzakki, quw, daâa, faqiha dan fahima. Keyword Materi, Metode/aktivitas, Evaluasi, Pembelajaran, Al Qurâan. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 44 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 A. PENDAHULUAN Pakar pendidikan Naquib Al-Attas mengatakan, pengetahuan dalam peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama, namun dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis terkait dengan kehidupan yang memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya, semua ilmu pengetahuan serta nilai-nilai yang menjadi pijakan dalam kehidupan ini diatur oleh rasio manusia, dan terus menerus berubah Arifin, 2000 21. Cara pandang seperti ini telah melahirkan ilmu dan pengetahuan yang sekularistik, karena membuang pesan-pesan wahyu, nilai-nilai ketuhanan, atau dimensi spiritual. Ilmu tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang bebas nilai, meskipun sebenarnya yang terjadi hanya bebas dari nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan, karena betapapun ilmu juga tidak dapat terlepas dari dengan di dunia Islam, pengetahuan dikembangkan dengan berlandaskan pada spirit illahiyyah yang secara tekstual terkandung dalam teks-teks suci ayat qurâaniyah maupun fenomena yang terjadi dalam kehidupan ayat kauniyah. Bagi umat Islam, teks-teks al qurâan yang merupakan teks suci dan menjadi penuntun spirit ilahiyah serta sumber inspirasi dalam berpikir adalah segalanya; sumber ilmu pengetahuan, sumber motivasi dalam kehidupan, sumber kebahagiaan dan lain-lain, al manhî˝î´¤j al mutakî˝î´¤ Qurâan menjadi rujukan dan sandaran utama ketika manusia akan membangun konsep dalam kehidupannya, Al Qurâan menjadi sumber solusi ketika manusia menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan ini. Al-Qurâan merupakan kalamullah yang mutlak kebenarannya, dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia dan akhirat kelak. Ajaran dan petunjuk tersebut amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya baik kini maupun nanti. Semakin dalam mengkaji isiAl Qurâan niscaya semakin menarik untuk mempelajarinya. Tony Blair, mantan Perdana Menteri Inggris pernah menyatakan âSaya sekarang membaca Quran setiap hariâ. Tetapi Al-Qurâan bukanlah kitab suci yang siap pakai dalam arti berbagai konsep yang dikemukakan Al-Qurâan tersebut, tidak langsung dapat dihubungkan dengan berbagai masalah yang dihadapi manusia. Ajaran Al-Qurâan tampil dalam sifatnya yang global, ringkas dan general sehingga untuk dapat memehami ajaran Al-Qurâan tentang berbagai Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 45 masalah tersebut, mau tidak mau seseorang harus melalui jalur tafsir sebagimana yang dilakukan oleh para ulama Nata, 2002 1-2. Artinya bahwa ketika akan menjadikan Al Qurâan lebih bermakna dan berfungsi dalam hidup ini maka Al Qurâan harus diterjemahkan dan ditafsirkan secara cerdas dan konkret. Kewajiban dan tanggung jawab umat muslim terhadap Al-Qurâan ialah mempelajarinya An Nîî´¤r 1 dan mengajarkannya. Belajar dan mengajarkan Al-Qurâan adalah kewajiban suci dan mulia. Rasulullah telah mengatakan âSebaik-baik kamu ialah orang yang mempelajari Al-Qurâan dan mengajarkannya HR Bukhari dan Tirmidzi.â Dalam hadis lain Rasulullah juga mengatakan âSesungguhnya seseorang yang berpagi-pagi pergi mempelajari ayat-ayat dalam Kitabullah, adalah lebih baik daripada mengerjakan sembahyang sunat seratus rakaat.â Dalam konteks seperti di atas, maka menggali konsep-konsep dan pesan-pesan Al Qurâan sangatlah penting agar konsep-konsep dan pesan-pesannya tersebut menjadi fungsional dan hidup bagi kehidupan manusia. Mahmoud Syalthut mengatakan Al Qurâî˝î´¤n mulî˝î´¤imun fîŹî§ kullizzamî˝î´¤n wal makî˝î´¤n Al Qurâan selalu relevan dengan ruang dan waktu yang ada. Tentu saja untuk menemukan relevansi itu menjadi tantangan manusia dengan kecerdasan yang dimilikinya Menurut Abuddin Nata 2004 21, dalam Al Qurâan terdapat banyak sekali ayat yang mengandung konsep-konsep dan nilai-nilai pendidikan; materi maupun metodologi. Mujamil Qomar mengatakan, metodologi pendidikan Islam ini bersandar pada epistemologi Islam, sedangkan epistemologi Islam bersumber dari Al-Qurâan dan Hadis. Maka metodologi pendidikan juga berdasarkan Al-Qurâan dan Hadis Langgulung, 2004 47.Metodologi pendidikan Islam berlandaskan pada ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qurâan, dan Sunnah, serta dapat didukung oleh ijtihad dankajian pemikiran ulama-ulama Islam yang kompeten dalam bidang-bidangnya. Al-Qurâan dan Sunnah inilah yang menjadi landasan pokok dan utama dalam metodologi pendidikan Islam yang harus digunakan secara hirarkis. Al-Qurâan harus didahulukan, jika tidak ditemukan suatu penjelasan di dalamnya, maka harus dicari dalam sunnah. Adapun ijtihad dan kajian para ulama kontemporer dapat dijadikan sebagai rujukan sekunder sebagai bahan pendukung dalam proses pengembangan Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 46 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 pendidikan Islam. Namun pengembangan pendidikan Islam tetap harus teraktualisasi dari Al-Qurâan dan Hadis yang digali dan diteliti untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya. Al Qurâanjuga sangat kaya akan konsep dan nilai yang menjadi rujukan dalam kegiatan pembelajaran, baik yang terkait dengan materi, metode maupun evaluasi pembelajaran. Konsep-konsep dan nilai-nilai tersebut dapat menjadi solusi bagi problematika pembelajaran yang sering terjadi selama ini, jika nilai-nilai itu dijalankan secara konsekuen dan komprehensif. Dalam kerangka itulah maka penulis merasa yakin dengan melakukan kajian tentang pembelajaran dalam perspektif Al Qurâan akan didapatkan banyak informasi penting yang bermanfaat untuk menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang qurâani. B. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN MENURUT AL QURâAN Pendidikan dimaknai dengan rabbaya mendidik seorang anak agar tumbuh, tambah dan berkembang. Pengertian ini kemudian menjadi sebuah konsep makna pendidikan. Tujuan pendidikan menurut Al Quran adalah sebagai berikut a. Mendidik akal hingga cerdas, membina hati/jiwa hingga bermoral dan mendidik jasmani hingga terampil. Al Quran tidak hanya membentuk dan membimbing manusia secara empirik melalui metode ilmiah, tetapi juga mengarahkanya untuk dapat merasakan cahaya kalbu melalui pendidikan akhlak mulia. Karena itu, Islam menjadikan ilmu pengetahuan bercirikan kebaikan dan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah. Berbeda dengan ilmu dalam pandangan peradaban modern yang tidak terikat dengan etika moral, serta bebas dari nilai kebaikan atau keburukan. b. Membentuk kepribadian utama gambaran manusia yang kekal dan utuh. Atau dengan kata lain, generasi rabbaaniyyan. c. Membentuk manusia yang menyerahkan diri secara mutlak kepada Allah pada tingkat individu, masyarakat dan kemanusiaan . d. Tujuan pertama dan tertinggi dari pendidikan Islam adalah kehalusan budi pekerti dan pendidikan jiwa. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 47 e. Membina manusia secara pribadi maupun kelompok agar mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT dan Khalifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan Allah, dan termaktub secara lengkap dalam kitab suci. f. Mencetak ulul albab; selalu ingat Allah di setiap waktu, berpikir tentang segala ciptaan Tuhan yang ada di langit dan bumi. C. PRINSIP PENDIDIKAN MENURUT AL QURâAN Prinsip-prinsip pendidikan menurut Al Qurâanadalah a. Pendidikan harus bertumpu pada tauhid seluruh aktifitas muslim termasuk dalam pendidikan bermula dan bermuara pada pengesaan Tuhan, dan semua kebenaran berasal dari Tuhan. Al haqqu mirrobbika falaa takuunanna minal mumtarin. b. Integrasi Ilmu, menurut Zaenuddin Sardar, kemajuan Islam akan tercapai secara gemilang dengan memahami al Qurâan secara utuh dan tidak mengenal dikotomi ilmu,c. Pendidikan Islam sebagai suatu proses pengembangan diri; manusia adalah makhluk paedagogik, yaitu makhluk Allah yang dapat dididik dan mendidik. Potensi itu ada dengan adanya pemberian Allah berupa akal-pikiran, perasaan, nurani, yang akan dijalani manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk yang bermasyarakat. d. Prinsip Keseimbangan Hidup, dalam pendidikan Islam prinsip keseimbangan meliputi; 1 Keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, 2 Keseimbangan antara kebutuhan jasmanai dan rohani, 3 Keseimbangan antara kepentingan individu dan sosial, 4 Keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan amal. Prinsip ini telah ditegaskan dalam al-Qur'an Al-Qashas;77; e. Prinsip Keadilan dan Persamaan,kesempatan belajar dalam Islam sama antara laki-laki dan perempuan. Sistem pendidikan tidak mengenal perbedaan dan tidak membeda-bedakan latar belakang orang itu jika dia mau menuntut ilmu. Semua punya potensi yang sama untuk dididik dan punya kesempatan yang sama untuk memproses diri dalam pendidikan, f. Prinsip belajar seumur hidup, sepanjang masa, pendidikan Islam tidak mengenal batas waktu, tidak mengenal umur. Belajar mulai dari lahir sampai ke liang lahat. Seluruh kehidupan manusia digunakan sebagai proses pendidikan, sebagai proses untuk menjadi hamba yang baik, menjadi insan kamilan percaya diri,orang yang Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 48 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 kehilangan kepercayaan kepada diri sendiri adalah orang yang sudah mati sebelum mereka hidup, sebab tidak bisa melihat dunia dengan potensi panca indranya sendiri. Manusia adalah makhluk sempurna dengan berbekal akal dan perasaan. Dengan inilah harkat manusia lebih tinggi dibanding makhluk Tazkiyatunnafsi takhalli, tajalli dan tahalli, dimana ilmu pada dasarnya datang dari Allah yang bersifat suci dan hanya akan diterima oleh manusia yang mau mensucikan dirinya. D. MAKNA MATERI PEMBELAJARAN Makna materi pembelajaran dalam Al Qurâan sebenarnya memiliki perspektif yang berbeda jika dibandingkan dengan makna materi pembelajaran konvensional. Pada umumnya materi pembelajaran dipahami dari dua hal sumber belajar dan bahan ajar yang secara kategoris meliputi; konsep, fakta, prinsip dan prosedur. Sedangkan dalam Al Qurâan tidaklah demikian, karena materi lebih dilihat dari seperangkat pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mendukung tercapainya kesuksesan dan kebahagiaan hidup baik kini dan nanti, baik secara lahiriah maupun batiniah. Materi pembelajaran dalam Al Qurâan sangat komprehensif, dimensional, dan fundamental. Meski demikian materi masih disajikan secara global karena mengandung prinsip-prinsip yang umum. Globalitas ini bisa bermata dua memberi ruang interpretasi yang luas sehingga dapat menjadi arena pencerdasan, merangsang manusia untuk berpikir dan mencari makna sebanyak mungkin. Pada sisi lain, munculnya multi tafsir akan menimbulkan berbagai perbedaan bahkan bisa menimbulkan pertentangan dan konflik setidaknya menimbulkan benih-benih ketidakharmonisan.Al Qurâan menjadi sumber utama/pokok ilmu pengetahuan/materi. Ilmu itu sendiri menurut Imam Qusyairi terdiri dari tiga huruf yang menggambarkan sesuatu yang menjadi obsesi manusia; ain illiyyun yang berarti orang â orang di atas, lam layyin artinya orang yang berwawasan sangat luas dan jauh dan mim milkun atau malikun;milkun berarti kekayaan dan malikun artinya kekuasaan. Tiga hal di atas adalah sesuatu yang pasti akan dapat diraih manusia manakala ia memiliki apa yang disebut ilmu. Filosofi pembelajaran dapat dicermati dalam surat al alaq 1-5misalnya Pertama, bahwa aktivitas yang paling utama dalam rangkaian kegiatan pembelajaran adalah membaca Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 49 iqraâ baik dengan obyek lateral maupun fenomenal. Membaca lateral membutuhkan keaktifan alat indra mata, sedangkan membaca fenomenal membutuhkan kecerdasan otak atau dalam proses belajar manusia harus senantiasa memiliki niat dan hati yang suci yang dilambangkan dengan selalu ingat Tuhan bismirabbika. Dengan niat dan hati yang bersih maka proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan memperoleh ilmu yang bermanfaat. Ketiga, bahwa ilmu bersumber dari Tuhan dan Tuhan yang akan memberikan ilmu pada manusia allamal insî˝î´¤na mî˝î´¤ lam yaâlam ketika telah memenuhi standar iqraâ dan bismirabbika. Dalam Al Qurâan juga terdapat banyak materi-materi yang dapat menjadi bahan pelajaran, bahkan semua ayat sesungguhnya merupakan materi pembelajaran. Kata Nurkholish Madjid 199537 bahwa Al Qurâan diibaratkan perpustakaan sumber pengetahuan yang sangat lengkap, sedangkan yang diperlukan adalah katalognya. Katalog berfungsi untuk membangun kategorisasi dari isi dan kandungan Al Qurâan. Sedang ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanyaâ maârifat al-syayâ ala mâ huwa bihi atau pengetahuan itu sesuai kenyataan. Berkaitan dengan materi pelajaran atau kajian dalam perspektif Al Qurâan maka muncul suatu pertanyaan apakah objek ilmu dalam pandangan Al-Qurâan? Pada prinsipnya semua ciptaan Allah, yang dipahami sebagai ayat-ayat Allah, menurut Al-Qurâan boleh menjadi objek-objek ilmu. Maka Allah menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya sebagai ayat-ayat-Nya dengan hak 463. Allah SWT akan menunjukkan tanta-tanda kebesaran-Nya yang terlihat di cakrawala al-âfâq dan dalam diri manusia sendiri fĂŽanfusihim 4153 sebagai objek ilmu atau perenungan manusia. Kita juga dihimbau untuk memperhatikan langit, bagaimana ia ditinggikan 8817, diciptakan dan ditinggikan tanpa tiang 3110 dan 132, memperhatikan burung-burung yang terbang di angkasa dengan mudah 1679, matahari sebagai pelita yang terang benderang 7116, awan-awan yang bergerak berarak-arak dan tersusun dengan rapi 2443 bumi dan bergerak antara langit dan bumi 2164 serta bintang-bintang yang diciptakan Allah sebagai hiasan langit 376. Termasuk objek kajian adalah apakah tidak engkau perhatikan bagaimana unta diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana gunung dipancangkan dan bagaimana Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 50 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 bumi dihamparkan 8817. Juga objek pengkajian manusia bagaimana bumi yang mati tandus, kemudian denga air hujan yang jatuh dari langit Allah hidupkan kembali dengan cara menumbuhkan biji-bijian yang hasilnya kita makan. Kebun-kebun yang tumbuh di permukaan bumi setelah disuburkan dengian air yang memancar dari mata air-mata air yang ada di sana, sehingga banyak buah dihasilkan sebagai bahan pangan manusia 3633-35. Perkembangan janin dalam rahim ibu juga menjadi objek kajian 2314 dan bagaimana Allah membentuknya sebagaimana yang Ia suka 36 . Objek-objek yang lain adalah kita diminta untuk merenungkan siapakah yang telah menciptakan langit dan Bumi? 1419, siapakah yang telah menggiring awan hujan dan menyusunnya bertumpuk-tumpuk? 2443, siapakah yang mengisi sumur-sumur kita setelah mereka kering? dan siapa yang menundukkan mata hari dan bulan untuk kepentingan manusia 1433 dan banyak lagi ayat serupa itu. Manusia juga diminta untuk mengkaji makhluk-makhluk hidup yang ada bukan saja di bumi ini, tetapi juga makhluk-makhluk yang ada di langit, yang semuanya dikatakan âbertasbih kepada-Nya.â 2218 seperti malaikat, yang selalu bertasbih dan mensucikan Allah 230, jin yang dicipta dari lidah api 5515 dan juga âSetan yang diutus Allah kepada orang-orang kafirâ 1983; tentang âroh rĂťh manusia yang ditiupkan Tuhan pada manusiaâ. Ruh adalah hal gaib bagi manusia dan digambarkan tidak akan musnah dengan kematian bahkan akan terus hidup untuk mempertanggung jawabkan perbuatan-perbuatannya selama di dunia ini, sebesar apapun kebaikan pasti akan diperlihatkan, demikian juga sebesar apapun kejahatan akan diperlihatkan di sana 997-8; dan tentang alam akhirat yang juga ghaib bagi manusia, lengkap dengan âsurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai,â 315 yang luasnya sebesar langit dan bumi dan dijanjikan untuk orang-orang yang bertakwaâ 3133 dan neraka yang baranya terdiri dari manusia dan batu-batuan,â yang dijanjikan bagi orang-orang kafirâ 224. Objek-objek lain yang disebut Al-Qurâan untuk diperhatikan adalah apa yang terjadi pada bangsa-bangsa terdahulu, sejarah. Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat dari orang-orang sebelum mereka, padahal mereka lebih dahsyat kekuatannya 309; 3544; 4021. Menurut Al-Qurâan, sejarah penting diteliti sebab di dalamnya banyak pelajaran ibrah dan petunjuk hidayah bagi kita yang hidup Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 51 sesudahnya. Menurut Sayyed Hossein Nasr mengkaji sejarah yang disebutkan Al-Qurâan bukan semata-mata mengungkap kisah masa lalu, tetapi menjadi peringatan agar hal serupa tidak terjadi pada diri kita. Sebab jika tidak hati-hati bukan hal mustahil peristiwa dahulu juga akan menimpa kita. Sementara itu Al-Qurâan menanyakan, âTidakkah mereka jadikan petunjuk betapa banyak umat sebelum mereka yang kami binasakan?â 3226. E. MEDIA DALAM BELAJAR Dalam salah satu ayat dinyatakan bahwa manusia terlahir dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, maka Allah menciptakan bagi manusia pendengaran al-samâ, penglihatan al-abshâr dan pengertian al-afâidah 1678 . Pendengaran adalah kemampuan untuk mendengar yang berupa telinga udzun/âdzân, penglihatan dengan mata ayn/aâyun, dan pengertian dengan hati qalb/qulĂťb. Pendengaran mendahului penglihatan karena pendengaran lebih dulu berfungsi. Sedangkan kata afâidah dipahami sebagai akal atau daya pikir dan kalbu Syihab, 2004 303-305. Banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dijangkau oleh akal, tetapi bisa ditangkap oleh hati melalui wahyu, ilham atau intuisi. Tiga alat di atas adalah media potensial manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan sering disinggung dalam Al-Qurâan. Yang dimaksud melihat adalah melihat dengan penuh perhatian,sehingga tidak ada yang terluput dari pengamatan, yang sering disebut observasi atau metode eksperimen/uji coba tajrĂŽbĂŽ. Pengamatan dilakukan terhadap fenomena alam seperti astronomi, fisika, biologi, psikologi dan sebagainya. Al-Qurâan menanyakan siapakah yang telah menggeser bayang-bayang, ketika Allah bisa membuatnya diam kalau Ia mauâ 2545.Dengan mata manusia bisa mengetahui keberadaan dari hampir semua benda-benda fisik, mulai dari yang kecil sampai yang besar ayat kawniyah. Dengan mata manusia dapat melakukan pengamatan observasi yang seksama tentang alam fisik ini, dan terciptalah berbagai disiplin ilmu. Melalui telinga manusia bisa memperoleh informasi penting yang tidak bisa diperoleh lewat penglihatan, melalui pendengaran manusia bisa mengetahui dan memahami ayat-ayat qauliyah; ayat-ayat Al-Qurâan,hadis dan kitab-kitab penting lainnya. Bahkan pada zaman Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 52 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 nabi proses belajar terutama menghafal Al Qurâan dan hadis banyak dilakukan dengan banyak melibatkan pendengaran. Selain Allah menciptakan indra mata dan telinga, agar manusia bisa memahami objek-objek ilmu, maka kemudian diciptakan pula hati fuââd dan qalb. Hati dimaksudkan untuk menangkap objek-objek yang non-fisik. Di dalam Al-Qurâan dijelaskan salah satu fungsi hati qalb adalah untuk melakukan penalaran yaâqilĂťn 2246 yakni penalaran logis, yang intinya mengambil kesimpulan tentang apa yang belum diketahui dari yang sudah diketahui. Misalnya mengamati fenomena alam untuk kemudian menyimpulkan adanya sang Pencipta di balik itu semua 1419, atau setelah merenungkan betapa langit dibangun tanpa tiang, 3110 maka kita menyimpulkan pastilah ada seorang yang maha kuasa dan maha kuasa yang telah melakukannya. Fungsi hati yang lain adalah tafaqqahu fi al-din, dan melakukan perenungan tadabbur. Al-Qurâan menyatakan âMereka punya hati untuk melakukan perenunganâ 2246. Kata kunci untuk bisa menggali materi al qurâan menurut Syamsuddin Arif ada tiga cara, yaitu persepsiindra idrak al-hawass, proses akal sehat taâaqul serta intuisi hati qalb, dan melalui informasi yang benar khabar shadiq, yaitu al-qurâan dan al-sunnah. Hal ini sebagaimana tercantum dalam al-qurâan surat an-Nahl78, Qaf 37, al-Aâraf 179, al-Hajj 46, Ali Imran 138, al-Maâidah 15. Mengenai proses akal mencakup nalar nazhar dan alur pikir fikr. Hadis dari Ali mengatakan bahwa akal adalah kendaraan ilmu, manusia adalah akalnya, manusia memiliki akal dan bentuk, barang siapa yang tak berfungsi maka bentuknya pun menjadi tak sempurna, seperti orang yang tak memiliki ruh. Ali juga berkata kepada putranya Al Hasan, âWahai anakku, kekayaan yang paling hebat adalah akal. Tidak ada kefakiran yang lebih dahsyat dari pada kebodohan, dan tiada ketiadaan yang lebih fatal dari ketiadaan akal.â Akal adalah rasul kebenaran, akal memperbaiki seluruh perkara, akal adalah tiang penyangga yang paling kuat, akal adalah pedang yang memutuskan dan buah akal senantiasa pada kebenaran. Akal adalah syarat agar seseorang bisa memahami sesuatu, sehingga membuat amalan menjadi baik dan sempurna. Seseorang yang tidak memiliki akal adalah keadaan yang serba penuh kekurangan. Setiap perkataan yang menyelisihi akal adalah perkataan yang batil. Oleh Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 53 karena itu, Allah telah memerintahkan kita untuk memperhatikan dan merenungkan al qur'an dengan menggunakan akal. Menurut Daud Rasyid, sumber-sumber materi pengetahuan berasal dari wahyu dan akal. Pertama, wahyu adalah informasi tentang sesuatu dari yang maha mengetahui yaitu Allah SWT wahyu Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam bentuk al-qurâan al-Wahyu al-mathluw dan sunnah nabi Muhammad SAW al-Wahyu ghairu-mathluw. Ciri khas wahyu itu adalah mengandung kebenaran dan validitas muthlak yang tidak perlu yaitu akal. Akal manusia ditakdirkan dan disetting oleh Allah agar mampu menemukan pengetahuan. Akal menjadi kunci penugasan manusia manath at-taklif. Akal berarti kepastian verification, making sure, certitude dalam segala perkara. Al-Kindi 796-873 M menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya, yaitu daya nafsu yang berada di perut, daya berani yang bertempat di dada dan daya berpikir yang berpusat di kepala. Ibnu Miskawaih 941-1030 M juga memberikan pembagian yang sama, menurutnya daya terendah adalah daya bernafsu, daya tertinggi adalah daya berpikir, dan daya berani mengambil posisi diantara keduanya. Al-Qurâan senantiasa mendukung eksistensi akal dalam berbagai bentuk. Seruan al-qurâan untuk berpikir diungkapkan dalam bentuk yang bervariasi, seperti memandang secara seksama nadzhar, berpikir tafakur, merenungkan tadabur, mengambil pelajaran iâtibar, menyadari tadzakur, dan mendalami pemahaman tafaquh. Variasi ini semakin mengukuhkan bahwa Islam sangan memperhatikan harmoni dan kompatibilitas akal dan wahyu, karena menolak akal sama dengan menentang logika al-qurâan. Kata-kata yang berakar pada 'aql dalam al-qur'an cukup banyak, dan tersebar di berbagai surat. Seperti kata-kata afalî˝î´¤ ta'qilîî´¤n maka tidakkah kamu menggunakan akalmu?afalî˝î´¤ tatafakkarîî´¤n tidakkah kamu berpikir? terulang dalam al-qur'an tidak kurang dari 13 kali. Kata la'allakum ta'qilîî´¤n agar kamu mengerti/memahami terulang sekitar 8 kali; li qaumin ya'qilun untuk kaum yang menggunakan akalnya/memikirkan sekitar 8 kali; belum lagi kata-kata na'qilu, ya'qiluna biha, ya'qiluha, takunu ta'qilun, dan sebagainya. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 54 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 Sementara itu menurut Harun Nasution menyatakan bahwaada tujuh kata yang digunakan al-qurâan untuk mewakili konsep akal. Pertama adalah kata nazara, seperti di dalam surat Qaaf ayat 6-7, surat al-Thaariq ayat 5-7, al-Ghasiyah 17-20. Kedua kata tadabbara, seperti dalam surat Shaad ayat 29, surat Muhammad ayat 24. Ketiga kata tafakkara, seperti di dalam surat al-Nahl ayat 68-69, al-Jatsiyah ayat 12-13. Keempat kata faqiha, kelima kata tadzakkara, keenam kata fahima, dan ketujuh adalah kata aqala. Kata-kata itu semua menunjukan bahwa al-qurâan mengakui akal adalah aspek penting dalam hakikat manusia. Walaupun akal bisa digunakan untuk merenungi dan memahami al qurâan, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Keberadaan akal sangat membutuhkan al qurâan dan hadis sebagai penerang jalan. Akal itu ibarat mata. al qurâan itu ibarat cahaya. Mata memang memiliki potensi untuk melihat suatu benda. Namun tanpa adanya cahaya, mata tidak dapat melihat apa-apa. Apabila ada cahaya, barulah mata bisa melihat benda dengan jelas. Cahaya juga tidak bisa dilihat tanpa menggunakan mata, artinya al qurâan tidak bisa dipahami tanpa menggunakan akal, dengan akal maka cahaya akan bermakna. Begitu juga dengan akal. Akal barulah bisa berfungsi jika ada cahaya al qurâan dan hadis. Jika tidak ada cahaya wahyu, akal sangatlah mustahil melihat dan mengetahui sesuatu. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, akal akan menyempurnakan ilmu dan amal. Akan tetapi, akal tidaklah bisa berdiri sendiri. Akal bisa berfungsi jika dia memiliki instink dan kekuatan sebagaimana penglihatan mata bisa berfungsi jika ada cahaya. Apabila akal mendapati cahaya iman dan al qurâanbarulah akal akan seperti mata yang mendapatkan cahaya mentari. Jika bersendirian tanpa cahaya, akal tidak akan bisa melihat atau mengetahui sesuatu. Terkait hal di atas, Quraish Shihab menegaskan bahwa al-Qurâan sejak dini memadukan usaha dan pertolongan Allah, akal dan kalbu, pikir dan dzikir, iman dan ilmu. Akal tanpa kalbu menjadikan manusia seperti robot, pikir tanpa dzikir menjadikan manusia seperti setan. Iman tanpa ilmu sama dengan pelita ditangan bayi, sedangkan ilmu tanpa iman bagaikan pelita ditangan pencuri. Oleh karena itu, al-qurâan sebagai kitab terpadu menghadapi dan memperlakukan peserta didiknya dengan memperhatikan keseluruhan unsur manusiawi, jiwa akal dan jasmaninya. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 55 F. MAKNA METODE PEMBELAJARAN Pengertian metode pada umumnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang sangat formal sekali, sehingga sangat membatasi makna metode dalam lingkup tertentu. Tetapi dalam pembahasan ini metode dipahami dalam makna yang sangat luas, sejauh masih terkait dengan proses terjadinya perubahan pada pengetahuan, nilai, sikap/prilaku dan keterampilan pada diri peserta didik. Istilah metode dalam bahasa arab digunakan kata thariqah cara atau langkah yang dilalui oleh orang untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jika kata tersebut dikaitkan dengan kegiatan belajar maka yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dilakukan siswa ketika belajar, dalam rangka memperoleh suatu pengetahuan, nilai, sikap dan ketrerampilan tertentu. Tekanan makna metode di sini lebih pada aktifitas siswa yang melibatkan fisik, psikis dan mental untuk mendapatkan perubahan perilaku. Istilah metode tidak ada penjelasan secara eksplisit dalam al qurâan, tetapi banyak terdapat istilah-istilah yang menunjukkan aktivitas untuk terjadinya transformasi ilmu, pengetahuan, nilai, sikap dan ketrampilan. Istilah-istilah tersebut antara lain; 1. Darasa belajar Kata darasu berasal dari kata darasa yang berarti belajar dengan objek yang tersurat, termaktub dan dilakukan secara terus menerus. Dalam al-qurâankata darasa terulang 6 kali; lima dalam bentuk kata kerja dan yang lainnya dalam bentuk masdar. Lima yang dalam bentuk kata kerja itu, dua di antaranya menggunakan fiâil madli dan tiga lainnya menggunakan fiâil mudlariâ. Kata tersebut terdapat dalam surah Al-Anâam ayat 105, Al-Aâraf 7 169, Ali Imran 3; 79 dan 80, Al-Qalam 68; 34-38, Sabaâ34; îî-44 Kata darasa secara harfiah juga diartikan kepada mempelajariâ. Kata darasta dalam ayat; Al-AnâAm 6 105berarti kamu telah mempelajariâ. Al-Isfahani secara harfiah memaknai kata darasa itu dengan meninggalkan bekasâ, seperti yang terlihat dalam makna ungkapan darasa al-daaru yang semakna dengan baqiya atsruha rumah itu masih ada bekasnya. Maka ungkapan darastu al-ilma sama artinya dengan tanawaltu atsruhu bi al-hifdzi saya menerima bekasnya dengan menghafal. Berangkat dari makna harfiah ini, maka belajar adalah suatu kegiatan pencarian ilmu, dimana hasilnya berbekas dan berpengaruh Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 56 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 terhadap orang yang mencarinya. Artinya, belajar tidak hanya sekedar aktivitas tetapi ia mesti mendatangkan pengaruh atau perubahan pada orang yang belajar tersebut. 2. Nazara â yanzuru - undzur amatilah Kata ini diulang sebanyak 129 dalam al qurâan. Pandanglah objek yang dapat berupa fenomena dan kejadian. Kata ini muncul dalam konteks yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Arti kata memandang di sini adalah upaya melakukan observasi atau mengamati suatu fenomena. M. Quraish Shihab dalam menafsirkan kata Nazâra dalam surat Al Ghasyiyah 17 adalah melihat atau memperhatikan untuk mendorong setiap orang melihat sampai batas akhirnya, hingga pandangan dan perhatian benar- benar menyeluruh, sempurna dan mantap agar dapat menarik darinya sebanyak mungkin kesimpulan akhir. Sedangkan Zainuddin al-Razi, sebagaimana yang dikutip Fauz Noor mengartikan kata nazara dengan arti melihat secara ragawi, sedang raâa melihat secara empirik, imajinatif. 3. Iâtibar mengambil pelajaran Objek dari Iâtibar ini adalah peristiwa-peristiwa, kejadian-kejadian yang yang memiliki makna khusus, spesifik. Manusia diminta untuk bisa mengambil Iâtibar dari setiap peristiwa yang terjadi di iâtibar merupakan masdar dari kata âiâtabaraâ îŽîîîî . Menurut bahasa, arti âiâtibarâ adalah peninjauan terhadap berbagai ilmu dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatu yang sejenis. Menurut istilah ilmu hadis, âal-iâtibarâ berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periwayat saja; dan dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periwayat lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud. Dengan al-iâtibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama periwayat dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Jadi kegunaan al-iâtibar adalah untuk mengetahui keadaan sanad-sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada tidaknya pendukung berupa periwayat yang berstatus sebagai muttabaâI atau syahid. Melalui al-iâtibar pula akan dapat diketahui Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 57 apakah sanad hadis yang diteliti memiliki muttabaâI atau syahid ataukah tidak M. Syuhudi Ismail, 1987 63. 4. Tafakkur berpikir. Hamzah Yaâkub 2005169 menyebutkan bahwa tafakur berarti merenungkan keindahan ciptaan Allah SWT, rahasia-rahasia kejadian, dan segala yang dikandung di alam raya ini, manfaat, hikmah, dan rahasia yang terkandung. Dan tafakur mengarah pada suatu tujuan yang berguna sebagai bukti kekuasaan dan kemahaagungan-Nya. Fakhruddin ar Rozi juga menjelaskan istilah dan maksud tafakur sebagai hati yang berzikir kepada Allah, artinya bahwa seseorang merenungkan tentang rahasia dari berbagai benda yang diciptakan oleh Allah SWT hingga benda-benda terkecil atom sehingga menyerupai sebuah cermin yang diletakkan di depan alam ghoib, dan ketika hamba Allah itu melihat semua ciptaan dengan mata hatinya, maka cahaya penglihatannya mampu menembus hakikat alam Waley, 2003 76. Dalam mengungkap tafakur, al-Qur'an menggunakan istilah fakkara, yang terulang sebanyak 18 kali dan tersebar dalam 13 surat. Berpikir adalah upaya mencurahkan segala kekuatan akal dalam rangka menemukan suatu yang baru. Di sini ada tiga tugas akal; berpikir yang selalu dibarengi dengan berdzikir, berpikir tentang segala penciptaan Allah sehingga semua ciptanNya menjadi bahan kajian menarik, serta berpikir menemukan suatu kemanfaatan dari semua ciptaan Allah Ali Imran191. 5. Tadzakkara, Tadzakkur mengingat. Tadzakkara berarti mengingat, memperoleh peringatan, mendapat pelajaran, memperhatikan dan mempelajari, yang semuanya mengandung perbuatan berpikir. Ini terdapat dalam lebih dari 40 ayat, antara lain Qs An-nahl 17, Qs An-nahl 68, dll. Tadzakkur ini merupakan sifat yang khusus bagi orang-orang yang mau berpikir dan berakal, sebagaimana firman-Nya âHanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.âAr-Raâd 19. Tadzakkur dan tafakkur merupakan dua tempat persinggahan yang membuahkan berbagai macam maârifat, hakikat iman dan kebajikan. Orang yang memiliki Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 58 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 maârifat senantiasa mengembalikan tadzakkur kepada tafakkur, dan mengembalikan tafakkur kepada tadzakkur, hingga dapat membuka gembok hatinya. Pengarang Manazilus-Saâirin menjelaskan bahwa tadzakkur setingkat di atas tafakkur. Sebab tafakkur itu merupakan pencarian, sedangkan tadzakkur merupakan wujud. Maksudnya, tafakkur adalah mencari tujuan semenjak dari permulaannya, seperti yang dikatakan dalam pepatah, âTafakkur adalah mencari bisikan hati, untuk mengetahui keinginannya.â Tadzakkur merupakan wujud, karena ia ada setelah ada tafakkur, yang bisa hilang karena lupa. Jika ingat, maka tadzakkur ini pun ada. Tadzakkur merupakan kata aktiva dari dzikr ingat, kebalikan dari lupa. Artinya hadirnya gambaran sesuatu yang diingat dan diketahui di dalam hati. Kedudukan tadzakkur di samping tafakkur sama dengan kedudukan perolehan sesuatu yang dituntut setelah memeriksa dan menyelidikinya. Karena itu ayat-ayat Allah yang dibaca dan dapat disaksikan merupakan peringatan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-Nya yang dibaca ; âDan, sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan Kami wariskan Taurat kepada Bani Israel, agar menjadi petunjuk dan peringatan bagi orang-orang yang berpikir.â Al-Mukmin 53-54. 6. Tadabbur merenungkan Merenungkan dengan melihat berbagai akibat dari suatu peristiwa dan kejadian. Taârifat, 53. Perintah merenung ini terdapat dalam Qs. Sad 29 dan QS Muhammad 24. 7. Iqraâ bacalah Menurut Quraisy Syihab 1992167kata iqraâ berarti perintah membaca, tetapi tidak harus ada teks dan tidak harus keras. Bisa saja yang dibaca adalah obyek yang bersifat tekstual tetapi bisa juga kontekstual realitas kehidupan. Iqraâ diartikan pula menghimpun yang di dalamnya terdapat aktivitas menyampaikan, menelaah, membaca, mendalami, meneliti, mengetahui ciri-cirinya. Kata qaraa disebut 3 kali dalam al qurâan, kata jadiannya 17 kali dan al qurâan disebut 70 kali. Membaca adalah kunci mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Perintah membaca yang merupakan ayat pertama kali turun merupakan simbul bahwa bahwa tugas utama dan pertama manusia diturunkan ke bumi adalah untuk belajar berilmu, karena aktivitas apapun yang dilakukan manusia jika tanpa dilandasi ilmu dan pengetahuan maka akan sia-sia HR Muslim. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 59 8. Andzir Kata nadzÄŤr berasal dari akar kata nĹŤn dzÄl rÄ î îî îŤî îĽ yang menunjuk pada makna menakut-nakuti îîłîŽî§ maupun ketakutan îîîŽî¨î. Bersumpah atas nama AllÄh untuk melakukan sesuatu dimasa datang disebut dengan al-nadzrîîŹî¨îî karena yang bersangkutan takut/khawatir jika sumpahnya tersebut tidak ditepati. Adapun indzÄr memiliki arti yang kurang lebih sama dengan kata iblÄgh yakni penyampaian informasi. Bedanya, yang pertama hampir selalu digunakan untuk menyampaikan berita yang menakutkan. Ibn MandhĹŤr 630-711H, meriwatkan pendapat dari Kuraâ dan Al-LihyÄniy bahwa makna andzara berarti memberitahu secara mutlak aâlama disamping juga bermakna menakut-nakuti khawwafa dan memperingatkan khadzara. Sementara Al-RÄghib al-AsfahÄniy menjelaskan bahwa kata al-nadzÄŤr maupun al-mundzir adalah segala sesuatu yang dapat memberikan peringatan indzÄr baik berupa manusia ataupun bukan. Menurut Ibn ÄsyĹŤr, meskipun pada dasarnya indzÄr dalam al-qurâan seringkali mengandung makna pemberitahuan hal-hal yang tidak menyenangkan berupa kebinasaan di hari ahirat, akan tetapi bisa juga mengandung makna ajakan kepada kebaikan âyang menjadi unsur kata tabsyÄŤr-, bahkan juga bisa mencakup makna pengajaran ilmu-ilmu agama sebagai pembeda antara yang benar dan yang salah, sebagaimana dipahami penafsiran kata indzÄr dalam QS. Al-Tawbah/9122. Dalam ayat ini kata indzÄr yang digunakan bukan tabsyÄŤr atau taâlÄŤm, karena menurut Ibn ÄsyĹŤr, meninggalkan larangan takhliyah lebih didahulukan dari pada melaksanakan kebaikan tahliyah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kata indzÄr digunakan untuk mengartikulasikan pemberian peringatan atau informasi yang menakutkan, meskipun juga bisa berarti pemberian informasi secara mutlak. Atau dalam konteks beberapa ayat al-qurâan bisa memiliki arti memberikan peringatan berupa pengajaran pesan-pesan agama Islam. Artinya, bahwa setiap orang diminta untuk menjadi pendakwah, paling tidak terhadap keluarga terdekat. 9. Isâal bertanyalah. Bertanya merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan yang sangat penting. Manusia hidup dikarunia naluri rasa ingin tahu coriosity. Manusia sebagai makhluk yang Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 60 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 masih bodoh dan awam ingin sekali mengetahui sesuatu. Kadang proses untuk mengetahuinya juga kurang dipahami secara baik, sehingga bertanya merupakan suatu kegiatan yang lebih mudah dilakukan. Sahabat Ali pernah berkata bahwa ilmu adalah gudang khazî˝î´¤in dan pembukanya adalah bertanya. Bahkan bertanya adalah separuh ilmu assuâal nisful ilmi. Adapun alat yang digunakan dalam pertanyaan al qurâan tersebut pada umumnya berupa kalimat, seperti halîîŤ , maaîî¤ , madzaîîŹîî¤ , ammaî˘î, ayyuîąî , man îŚî¤, saâala dan sebagainya Nadwi, 1996 276. Terkait dengan pertanyaan di atas, Syeikh Khalid Abd al-Rahman menjelaskandi dalam al-qurâan terdapat bentuk-bentuk pertanyaan dan jawaban yang dibagi dalam beberapa bentuk, yaitu Jawaban yang bersambung dengan pertanyaan terdapat pada surat al-Baqarah yaitu pada ayat 189, 215, 217, 219, 220, 222, jawaban yang terpisah dari pertanyaan Jawaban ini dibagi menjadi dua jenis pertama, pertanyaan dan jawaban yang berada pada satu surat. pertanyaan QS. Al-Furqan7 dan jawabannya QS. Al-Furqan 20, kedua pertanyaan dan jawaban terpisah pada dua surat; pertanyaan QS. Furqan 60 dijawab dengan QS. Al-Rahman 1-3. Jawaban yang tersembunyi QS. Al-Raâdu 31, jawaban yang hanya menyebutkan pertanyaan QS. Al-Baqarah 143, Dua jawaban untuk satu pertanyaan pertanyaan QS. Zukhruf 31, dijawab dengan QS. Zukhruf 32 dan QS. Qashash 68. Satu jawaban untuk dua pertanyaan jawaban An Nur 20 atas pertanyaan hadis. Jawaban yang mahdzuf; Jawaban yang tidak berhubungan dengan pertanyaan QS. Al-Ankanbut 16, Jawaban yang terdapat pada konteks pembicaraan QS. Shad 1, Jawaban yang terdapat pada akhir pembicaraan QS. Khafi 22, Jawaban yang tergantung pada suatu masa atau waktu QS. Mukminun 60, dan Jawaban yang berupa larangan QS. Al-Ahzab 32 al-Ak, 1994 318 10. Taâarafu Kata ini berarti mengenali sesuatu. Mengenal bisa dalam arti luas atau sempit, bisa juga dalam arti global dan rinci. Kata ta'aruf secara bahasa berasal dari kata kerja "ta'arafa", mengikuti wazan "tafa'ala". Kata ini bukan sekedar bermakna "mengetahui" atau "mengenal" yang dilakukan oleh satu pihak, tetapi dua belah pihak. Karena itu arti yang tepat untuk kata itu adalah "saling ingin mengetahui dan mengenal satu sama lain". Dalam kata Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 61 "ta'aruf" ada suatu tindakan resiprokal dari dua belah pihak yang saling hendak mengetahui yang lain. Ta'aruf adalah inisiatif aktif dari beberapa pihak untuk saling mengenal, dan tidak membiarkan, cuek, tak mau tahu tentang yang lain. Dalam taâaruf ini tumbuh semangat belajar saling memahami akan karakter, tabiat dan kecenderungan dari masing-masing individu, sehingga dapat menumbuhkan jiwa empati, saling bekerjasama, solidaritas dan toleransi terhadap sesama, suatu sikap sosial yang sangat mulia. Secara sosiologis taâaruf ini mutlak diperlukan dalam rangka meraih sukses dalam kehidupan sosial. Secara transendental, mengenali juga bermakna mempelajari, mendalami, memahami benar akan tanda-tanda keesaan Allah SWT yang dilandasi koriositas yang tinggi. Tujuan taâaruf ini adalah mengenal betul akan kebenaran Tuhan dan akhirnya -kebenaran yang didapat- akan mengantarkan kepada status insan taqwa. 11. Aqala. Kata-kata yang berasal dari aqala sendiri terdapat lebih dari 45 ayat. Di dalam al qurâan banyak terdapat ayat-ayat yang menyinggung tentang keberadaan akal. Menurut Yusuf Qardhawikata aqala dalam al qurâan terulang sebanyak 49 kali, dalam kata kerja taâqilun terulang sebanyak 24 kali dan kata kerja yaâqilun sebanyak 22 kali, sedang aqala, naâqala dan yaâqulumasing-masing satu kali. Redaksional afala taâqilun tidakkah kamu berpikir terulang sebanyak 13 kali dalamal quâan, diantaranya pada al -Baqarah 2 ; 44, Ali Imran. 3 ; 65, al- Aâraf. 7 ; 169, Yunus, 10 ; 16, al- Anbiyaâ21 ; 10 dan 63 - 67 , Muâminun 23; 80, ash -Shaaffat. 37; 137 â 138, Hud , 11 ; 51, Yasin, 36 ; 62 dan 68. Qs. Al-anfaal 22 Orang yang berakal akan memiliki kesanggupan untuk mengelola dirinya dengan baik, agar ia selalu terpelihara dari mengikuti hawa nafsu, berbuat sesuatu yang dapat memecahkan dan memberikan kemudahan bagi orang lain, dan sekaligus orang yang tajam perasaan batinnya untuk merasakan sesuatu di balik masalah yang dipikirkannya Abdul Fattah Jalal menyebutkan bahwa kata akal tidaklah pernah muncul dalam bentuk kata benda ism melainkan dalam bentuk kata kerja fiâil. Kata kerja aqala menghasilkan Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 62 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 derivasinya yakni aqaluhu, taâqiluna, naâqilu, yaâqiluna, dan yaâqiluha. Akallah makhluk Tuhan yang tertinggi dan akallah yang membedakan manusia dari binatang dan makhluk Tuhan lainnya. Karena akalnyalah manusia bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya. Harun Nasution, 198614. Diantara derivasi dari kata aqala adalah kata afala taâqilun. Dalam al qurâan yang paling mencolok dalam redaksi tersebut adalah penggunaan bentuk pertanyan negatif istifham inkariâ yang bertujuan memberikan dorongan dan membangkitkan semangat. Dalam al qurâan bentuk redaksional seperti itu afala taâqilun terulang sebanyak 13. 12. Alima/Iâlamu Kata alima berasal dari kata al-ilm ilmu. Kata tersebut diderivasi menjadi kata alima yaâlamu, taâlamu, naâlamu, taâlamun, yaâlamun, iâlamu, allama, dan yang sejenisnya, yang disebut sebanyak 749 kali dalam Alquran. Arti kata tersebut berbicara soal pengetahuan atau ilmu, termasuk mengajar, mengajarkan, dan yang mengetahui atau berilmu Abd al-Baqi, [ 596-609. Contoh penggunaan kata alima dalam Alquran surat al âalaq 1-5. 13. Allama Al-Maraghi menjelaskan kata allama 231 dengan alhamahu memberi Ilham, yaitu Allah memberi Ilham kepada Nabi Adam untuk mengetahui jenis-jenis yang telah diciptakan beserta zat, sifat, dan nama-namanya. Kata Allamaâ Arrahman 1-4 mengandung arti memberitahukan, menjelaskan, memberi Ash-Shawi, Al-Maraghi, dan Al-Juzi menafsirkan makna allama al alaq 4-5, dengan makna memberitahukan atau menyampaikan ilmu, menulis dengan kalam, menjadikan kalam sebagai alat untuk saling memahami di antara manusia. Terkait kata allama ini manusia berada pada posisi yang pasif dalam menerima suatu pengetahuan. 14. Rabbaya Kata rabb dan derivasinya disebut dalam al qur'an sebanyak 169 kali dan dikaitkan dengan berbagai objek. Kata rabb jika dikaitkan dengan 'alam ditemukan dalam 30 tempat. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 63 Dalam al qurâan, kata rabb juga dikaitkan dengan musa dan harun, 'arsy, samawat, al ardl, masyriq wa maghrib, al falq, al nas, al bait, al abb, dan dlamir mukhatab pakar tafsir al Asfihany, rabb yang berasal dari kata tarbiyyah memiliki makna mengembangkan sesuatu secara bertahap, hingga mencapai kesempurnaan. Kata rabbmerupakan istilah pengganti subjek bagi Allah, dengan demikian rabb tidak digunakan kecuali hanya dalam arti Allah yang menanggung kemaslahatan makhluk. Menurut pakar bahasa Ibn Manzur, kata rabb memiliki beberapa arti seperti raja al mâlik, yang empunya al sâhib, pemimpin al sayyĂŽd, pengatur al mudabbir, yang mengurus al murabby, wali al qayyĂŽm, dan pemberi al mun'ĂŽm. Adapun arti rabb dalam do'a ini " allahumma rabba hâdzihi al da'wat al tammah..", memiliki arti penyempurna al mutammim. Menurut Ibn Manzur, ada tiga karakter yang terkandung dalam kata rabb, yaitu pemilik al mâlik, majikan yang dita'ati al sayyĂŽd al mutha' dan pembenah al muslih. Rabb tidak disebut tuhan kecuali yang mampu menguasai, dita'ati dan melakukan pembenahan terhadap mahluk-Nya . Kata rabbaya-tarbiyyatan bermakna proses pengubahan orientasi kelemahan seseorang tahwĂŽl al tad'ĂŽf dengan metode terbaik dan membimbingnya sehingga yang bersangkutan mampu meninggalkan sifat kekanak-kanakannya tufĂťliatuhu baik ia anak kandung atau bukan. Sementara al Biqa'i ketika menjelaskan QS Ali 'Imran/3 79 menyebutkan bahwa kata rabbaniyun berarti orang-orang yang berusaha mengikuti karakteristik Tuhan dalam hal kesempurnaan pengetahuan-Nya dan ketepatan perbuatan-Nya. Seorang rabbany juga merupakan orang yang mantap dari segi keyakinan agamanya dan patuh dari segi ketaatannya kepada aturan Allah. Penafsiran ini sesuai hadis yang menyuruh untuk meniru sifat-sifat Allah takhallaqĂť bi akhlâq Allah. Al Biqa'i juga menjelaskan bahwa peniruan sifat-sifat Allah oleh orang beriman dilakukan dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Hal demikian hanya dapat dilakukan ketika orang mempelajari kitab Allah, memahaminya, mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain . Sementara menurut Wahbah Zuhayli bahwa rabbul alamin berarti pihak yang memelihara dan merawat seluruh alam semesta setelah ia membuatnya menjadi wujud. Menurut al Maraghi tarbiyyah Allah kepada manusia meliputi dua hal. Pertama, orientasi Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 64 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 immanent tarbiyyah khalqiyyah, yang pertama ini meliputi perkembangan fisik manusia hingga mampu berfungsi secara optimal dan perkembangan psikologis dan intelektual manusia. Kedua, orientasi transenden tarbiyyah dĂŽniyyah tahdzĂŽbiyyah, tarbiyyah ini berwujud petunjuk agama yang di wahyukan-Nya kepada para rasul dengan tujuan menyempurnakan potensi akal dan kesucian jiwa manusia. Sedangkan arti tarbiyyah Allah terhadap alam bermakna pemeliharaan dan pengaturan-Nya yang berkesinambungan dari mulai diciptakan hingga akhir riwayatnya melalui ilham yang menuju kepada kebaikan alam semesta. Kata rabba atau tarbiyah dalam al-qurâan pada dasarnya mengacu pada gagasan kepemilikan, yaitu kepemilikan orangtua terhadap anaknya untuk melaksanakan terbiyah yang sifatnya hanya menunjukkan relasioanal saja. Sedangakan pemilikan yang sesungguhnya hanya ada pada Allah semata. 19. Yatlu Membaca Yatlu artinya membaca dengan tartil sesuai dengan tajwid, makhraj, dan sifat-sifat hurufnya. Rasulullah SAW tadarusan bersama dengan Jibril setahun sekali agar bacaannya baik. Belajar di sini adalah mempelajari al qurâan dari segi pengucapan hurufnya secara benar, karena perbedaan ucapan akan menimbulkan perbedaan arti. Lebih dari itu kebiasaan membaca al qurâan akan mendapatkan pahala bahkan akan mendapatkan keberkahan dari kebaikan al qurâan. Secara redaksional, dalam membaca al qurâan yang benar dan baik terdapat tiga kriteria; murattal membaca secara lancar, mujawwad membaca sesuai kidah ilmu tajwid dan muzayyan membaca al qurâan dengan menggunakan lagu/seni, yang kesemuanya itu menambah akurasi dan estetika dalam bacaan al qurâ sini muncul istilah musabaqah tilawatil qurâan dan musabaqah syarhil qurâan. 20. Yuzakki Kata zakka-yuzakki-tazkiyatanberarti menumbuhkan, mengembangkan, memperbaiki, membersihkan, mensucikan dan menjadikannya jadi baik serta bertambah baik. Kata zakka-tazkiyatan disebutkan dalam al-qurâan sampai 20 kali, 9 kali dalam ayat-ayat Makkiyah dan 11 kali dalam ayat-ayat Madaniyah. Dalam konteks belajar, dengan yuzakki seseorang ketika Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 65 belajar bukan saja untuk menambah pengetahuan tetapi pengetahuan yang dimiliki dijadikan media untuk membersihkan jiwa dari noda baik yang bersifat lahiriah maupun batiniah. Demikian juga membersihkan diri dari berpikir yang tidak benar. Karena itu sering didengar istilah tazkiyatun nafsi membersihkan jiwa 21. Wiqayatun -Quw Kata wiqayatun îîłîîîberasal dari kata waqaa î°îîîyaqii î°îîłwiqayatan îîłîîî artinya menjaga, memelihara dari kesakitan1. Kata waqaa dalam Al-Qurâan2 tersebut dalam al-Mukmin45, at-Thur18, ad-Dukhon56 dan surat ad-Dahr11. Kata taqiy tersebut dalam al-Mukmin9 dan Nuh81. Kata quutersebut dalam at-Tahrim6, dan kata qi dalam al Baqarah201doâa sapu jagat, al-Mukmin7 dan 9. Kesemuanya itu berasal dari kata wiqayatun. Pengertian secara umum dari kata wiqayatun ini adalah upaya sungguh-sungguh dari manusia untuk menghindarkan diri deari melakukan sesuatu yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam siksa api neraka. Upaya yang paling pokok dimulai dari komunitas terkecil yaitu keluarga. 22. Daâwatun-Yadâu Kata yadâu berasal dari bahasa Arab yakni îîîŠîąîîîîŽîîŞîłîąîîîîŽîîŠ daâa - yadâu - da'watan. Kata dakwatun merupakan ism masdar dari kata daâa yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan sebagai ajakan kepada Islam. Kata daâa dalam al-quran, terulang sebanyak 5 kali, sedangkan kata yadâu terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4 daâa pertama dipakai Nabi Nuh dengan arti mengadu meminta pertolongan kepada Allah atas perilaku umatnya. Lalu kata ini berarti memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia dalam arti umum. Setelah itu, kata daâa berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum muslimin. Kemudian kata yadâu, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yadâu dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 66 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 Kata daâwatan pertama kali digunakan al-quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para rasul Allah yang tidak berkenan kepada obyeknya. Kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fiâil daâakum dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Prinsip dalam berdakwah adalah mengajak kebaikan, dilakukan dengan bijaksana, dilakukan terus menerus, dilakukan oleh siapapun dan ketika melakukan daâwah tidak menghakimi tidak menyimpulkan bahwa yang diajak pasti ikut.Semua kataâkata dalam ayat di atas mengandung anjuran, dorongan bahkan perintah agar manusia banyak berpikir dan mempergunakan akalnya. Berpikir dan mempergunakan akal adalah ajaran yang jelas dan tegas dalam al-qurâan, sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan. Semua istilah âistilah di atas sangat berkaitan dengan proses transformasi ilmu, pengetahuan, sikap dan ketrampilan individu, yang dilakukan melalui upaya memaksimalkan peran akal, hati, bahkan yang bersifat fisik sekalipun. Semua merupakan cara yang digunakan dalam rangka mendapatkan ilmu dan hikmah, baik bersifat langsung ataupun tidak dan aktif maupun pasif. Dengan demikian, pendidikan pengembangan akal menjadi salah satu tujuan antara pendidikan, yakni ahdâfal-aqliyyah. Pendidikan pengembangan akal pada akhirnya akan berakumulasi dengan pendidikan pengembangan jasmani dan rohani untuk mencapai tujuan akhir pendidikan Islam, yakni insânkâmil manusia seutuhnya yang mempunyai kesadaran, pemahaman, dan pengamalan akan posisi dirinya di antara Allah, alam, dan sesama manusia, serta mampu menjadi khalifah dan 'abd Allah. G. MAKNA EVALUASI PEMBELAJARAN Dalam al qurâan terdapat ayat tentang evaluasi pada surat al Baqarah ayat 18 yang berbunyi anbiîî´¤ nîŹî§ biasmî˝î´¤ihî˝î´¤ dimana kata tersebut diawali dengan kata allama î˝î´¤dama al asmî˝î´¤ kullahî˝î´¤ Allah mengajarkan nama-nama kepada Adam. Kemudian ayat berikutnya berbunyi anbiîî´¤ nîŹî§ biasmî˝î´¤ihî˝î´¤. Kata tersebut menggambarkan aktivitas menguji dan menilai terhadap apa yang telah diajarkan kepada Adam As. Dalam ayat yang lain juga dikatakan faltanzur nafsun mî˝î´¤ qaddamat lighad setiap orang hendaknya mengoreksi apa-apa yang telah dilakukan di masa yang lalu. Ayat ini secara global mengandung pesan agar manusia rajin melakukan evaluasi dan introspeksi terhadap berbagai aktivitas/amal yang telah dilakukan mî˝î´¤ qaddamat. Melakukan evaluasi dan introspeksi merupakan dua hal yang Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 67 amat penting bagi setiap orang yang ingin maju dan baik. Sebab manusia tidak akan pernah dapat mengetahui prestasi yang diraihnya; apakah dirinya sudah maju dan baik atau belum jika tidak ada perbandingan dengan capaian sebelumnya. Di sini juga dipahami bahwa evaluasi dan introspeksi bersifat rutin dan kontinyu/terus menerus. Semakin sering dilakukan evaluasi dan introspeksi semakin baik. Evaluasi dan introspeksi juga berfungsi untuk memacu semangat dalam beraktivitas dimasa yang akan datang lighaddin. Dengan pemahaman tersebut maka evaluasi dan introspeksi merupakan hal yang mutlak. H. KESIMPULAN Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan antara lain materi berupa pembelajaran bersifat syarâiyah dan non-syarâiyah. Syarâiyah aqidah, syariâah, akhlak dan non-syarâiyah eksak dan humaniora dan seluruh fenomena yang berkembang dan alam yang terbentang. Metode atau aktivitas siswa dalam bentuk darasa, nazara, Iâtibî˝î´¤r, tafakkur, tadzakkur, tadabbur, iqroâ, jî˝î´¤dil, andzir, alam tara, isâal, taâarafa, aqala, alima, mî˝î´¤ adrî˝î´¤ka, tafassaha, allama, rabbaya, yatlu, yuzakki, quw, daâî˝î´¤, faqiha dan fahima, Media pendengaran, penglihatan dan kalbu/afidah dan Evaluasi pembelajaran yang terkandung dalam al qurâan sangat fundamental, dimensional, sempurna, komprehensif, tetapi relatif lebih Materi, Metode, Media dan Evaluasi pembelajaran yang terkandung dalam al qurâan dan bersumber dari wahyu sangat sesuai dengan kebutuhan manusia, praktikabel dan relevan dengan praktek pendidikan yang berkembang saat ini. DAFTAR PUSTAKA Aba Firdaus Al Halwahi. Akhlak Mulia Dalam Bingkai al Qurâan dan As Sunnah Seri rujukan Para Daâi. Yogyakarta Al Manar. Abdullah, M. Amin. 1997. Filsafat Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Achdiat, Nunu. 1998. Seni Berkisah Memandu Anak Memahami Al-Qurâan. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Ahmadi. 2005. Ideologi Pendidikan Islam; Paradigma Humanisme Teosentris. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 68 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 Al Asyqar, Umar Sulaiman. Tt. Kisah-Kisah Sahih dalam Al Qurâan dan Hadis. Jakarta Pustaka ELBA. Al Baqi, Muhammad Fuad Abdul. tt. Al Muâjam al Mufahros Li Alfadz al Qurâan al Karim. Bandung Angkasa. Al Ghazali, Muhammad. 1970. Khuluqu al ; Dar al Yan Al Hasyimi, Abdul Hamid. 2001. Mendidik ala Rasulullah alih bahasa Ibnu Ibrahim, Jakarta Pustaka azam. Al Hufi, Ahmad Muhammad. 1995. Akhlak Nabi Muhammad SAW, Keluhuran dan Kemuliaan, terjemahan Masdar Helmy. Bandung Gema Risalah Press. Al Jamali, Muhammad Fadil. 1995. Filsafat Pendidikan Dalam Al Qurâan. Jakarta Pustaka Kautsar. Al Munawar, Said Aqil Husen. 2004. Al Qurâan Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta Ciputat Press. Al-Abrasy, M. Athiyah. 1968. At-Tarbiyah al-Islamiyah terj; Bustami dan Djohar Bakry. Jakarta Bulan Bintang. Al Ainain Ali Khalil abu. 1980. Falsafah at Tarbiyah Al Islamiyah fi Al Qurâanil Karim. Kairo Dar al Fikr al araby. Al-Attas, Syeh Muhammad al- Naquib. 1987. Aims and Objektive of Islamic education. Al-Attas, Naquib. 1997. Konsep Pendidikan dalam Islam Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung Abdul. Hamid. 2001. Mendidik Ala Rasulullahalih bahasa; Ibn Ibrahim. Jakarta Pustaka Azzam. Alhumami, Amich. 1990. Artikel lepas; Membangun Pendidikan Yang Bermutu, The World Bank, Primary Education. Al-Khalidy, Shaleh. 1999. Kisah-kisah Al-Qurâan Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, Jilid 3. Jakarta Gema Insani. Al-Maraghi, Ahmad Mustapha. 1996. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang CV. Toha Putra. Al-Munawwar, Aqil Said Husein. 2005. Aktualisasi Nilai-nilai Qurâani Dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat Ciputat Press. Al-Qaththan, Mannaâ. tt. Mabaahits fii Uluum al-Qurâan. Mansyuraat al-Ashr al-Hadis. Al-Qurtubi, Ibnu Abdillah Muahammad bin Ahmad al-Ansari, tt. Tafsir al-Qurtubi. Cairo Durusy. Aly, Hery Pendidikan Islam. Jakarta Logos. Anis, Ibrahim. 1972. Al-Muâjam al-Wasit. Jakarta Angkasa. An-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Bandung Diponegoro. Anwar, Rasihan. 2001. Samudera al-Qurâ Pustaka Setia. Arif, Armei. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan. Jakarta Ciputat Press. Arifin, Muhammad. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 69 Arifin. 1997. Ilmu Pendidikan Islam; Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta Dunia Aksara. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian cet. XII. Jakarta PT. Rineka Cipta. Ashraf, Ali. 1989. Horison Baru Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta Pustaka Firdaus. Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta Raja Grafindo Persada. As-Suyuthi, Jalaluddin. 1951. Al-Itqaan fii Uluum al-Qurâ Mushthafa ats-Tsani. Aziz, Abdul. 1991. Mendidik dengan Cerita. Bandung Rosdakarya. Azwar, Saefudin. 2011. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Badi, Abdul. 2004. Meneladani Akhlak Nabi Terjemahan Thalib Anis. Bandung Al Bayan Mizan. Bagir, Zaenal Abidin dkk. 2006. Ilmu, Etika dan Agama ; Menyingkap tabir Alam dan Manusia. Yogyakarta CRCS. Baidan, Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Pustaka Pelajar. Bakhtiar, Laleh. 2002. Meneladani Akhlak Allah melalui Al Asma al Husna. Bandung Mizan. Baqi, Muhammad Fuad Abdul. 1986. Al muâjam al mufahras lil alfî˝dzil qurâanil karim, Solo Dar al fikr Baraja, Umar bin Ahmad. Tt. Akhlak lil banin. Surabaya Nabhan. Bertens K. 1997. Etika. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Bukhori, Mochtar. Revitalisasi Pendidikan Moral dalam Menghadapi Tantangan Seminar Nasional Dies Natalis ke-47 di UNY. Yogyakarta, UNY, 19 September 2002. Buseri, Kamrani. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah, Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer. Yogyakarta UII Press. Darajat, Zakiah, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara. Daulay, Haidar Putra. 2007. Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta Prenada Media Group. Djalal, Abdul. 2009. Ulumul Qurâ Dunia Ilmu. Fachruddin Hs. 1985. Membentuk Moral Bimbingan al-Qur an. Jakarta Bina Aksara. Faisal, Jusuf Amir. 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta Gema Insani Press. Farmawi al, Abd al-Hayy. 1977. Al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhuâi, Matbaâah al-Hadarah al-âArabiyah, Kairo. Fatawi, M. Faisol penerj. 2003. Kritik Nalar Al Qurâan, Yogyakarta LKIS Furchan, Arief. 2004. Transformasi Pendidikan Islam Di Indonesia; Anatomi Keberadaan Madrasah dan PTAI. Yogyakarta Gama Media. Gagne, M. Robert& Lisli Biggs. 1979. Principle of Instructional Design. New York Holt, Rinehart and Winston. Gagne, dkk. 2005. Principle of Instructional Design. New York Wardswoth Publishing co. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 70 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 Hamka. 1967. Tafsir Al-Azhar. Jakarta PT Pembimbing Masa. Hanafi, Ahmad Hasan. 1984. Segi-segi Kesusastraan Pada Kisah-Kisah Al-Qurâan. Jakarta Pustaka Alhusna. Ismail, M. syuhudi. 1992. Metode Penelitian Hadis Nabi. Jakarta Bulan Bintang. Jalal, Abdul Fattah. 1977. Min al-Usuli al-Tarbawiyah fi al-Islam. Mesir Darul Kutub Misriyah. Kementerian Agama RI. 2010. Al Qurâan dan Tafsirnya, Jilid I-XI Edisi yang Disempurnakan. Jakarta Lentera Abadi. Koyan, I Wayan. 2000. Pendidikan Moral Lintas Budaya. Jakarta Dirjen Dikti Depdiknas. Langgulung, Hasan. 1980. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka al-Husna. ________________. 1995. Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam. Bandung al-Maâarif. Madjid, Nurkhalis. 1995. Islam Agama Kemanusiaan. Jakarta Paramadina. Maâluf , Louis. 1960. Al-Munjid fi lughah, Beirut Dar al-Masyriq. Mandzur, Ibnu. tt. Lisan al-Arab. Beirut Daarul Maâarif. Makmun, 1996. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung PPs IKIP Bandung. Maskawaih, Ibnu. 1961. Tahzibul Akhlak wa Tathirul Araq. Bairut np. Muhadjir, Noeng. 1992. Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta Rake Sarasin. Muhaimin. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; upaya mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung Rosdakarya. Muhaimin dan Abdul Mudjib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung Trigenda Karya. Munir, Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi. Ponorogo Ponorogo Press. Mursyidin. 2011. Moral Sumber Pendidikan; Sebuah Formula Pendidikan Budi Pekerti pda Sekolah/Madrasah. Bogor Ghalia Indonesia. Nahlawi, Abdurrahman. Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asâlibiha fĂŽ Baiti wal Madrasati wal Mujtamaâ terj. Shihabuddin. Jakarta Gema Insani Press. Najati, Muhammad Utsman. 1985. Al-Qur an dan Ilmu Jiwa. Bandung Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung. Naser, Sayid Husen. 1995. Menjelajah Dunia Moderen, terj Hasti Tarekat dari judul asli aYoung Muslimâs Guide in The Modern World. Bandung Mizan. Nasir, Ridwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Pondok Pesantren ditengah Arus Perubahan. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Nasution, Harun. 1981. Konsep Manusia Menurut Ajaran Islam. Jakarta IAIN Syarif Hidayatullah. Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu dalam Islam. Jakarta Penerbit Universitas Indonesia. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan ISSN 1411-5875 71 Nasution, Harun. 1995. Islam Rasional; Gagasan dan Pemikiran. Bandung Mizan Nata, Abuddin. 2001. Pendidikan Islam. Jakarta Gaya Media Pratama. Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada ____________. 2001. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta PT Grassindo Nizar, Syamsul Ed. 2007. Sejarah Pendidikan Islam; Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta Prenada Media Group. Noor, Fauzi. 2009. Berpikir Seperti Nabi Perjalanan Menuju Kepasrahan. Yogyakarta LKIS Qulyubi, Syihabuddin. 2008. Stilistika Al Qurâan. Yogyakarta LKIS Quthub, Muhammad. 1984. Sistem Pendidikan Islamterjemahan Salman Harun, Bandung PT Al Maâarif Quthub, Sayid. 1985. Tafsir Fi Dzilalil Qurâan Rahman, Afzalur. 1992. Al Qurâan Sumber Ilmu Pengetahuan. Jakarta Rineka Cipta Rahardjo, Dawam. 2002. Ensiklopedi Al Qurâan; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, Jakarta Paramadina Ramayulis. 1994. Ilmu Pendidikan Kalam Mulia Razi, Fathur. tt. Tafsir Fathur Razi. Teheran Dar al-Kutub al-Ilmiyah. Ridho, Rasyid. 1373. Tafsir al-Manar. Dar al-Manar.. Sardar, Zaenuddin. 1989. Rekayasa Masa Depan, Bandung Mizan Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung Alfabeta. _____________. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar.Bandung Alfabeta. Shihab, M. Quraish. 1996. Membumikan Al-Qurâan. Bandung Mizan Shihab, M. Quraish. 2004. Tafsir Al Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qurâan. 15 Vol. Jakarta Lentera Hati Shihab, M. Quraish. 2005. Dia di Mana-Mana; Tangan Tuhan Dibalik Setiap Fenomena. Jakarta Lentera Hati Steeinbrink, Karel A. 1986. Pesantren, Madrasah dan Sekolah Pendidikan Islam Kurun Modern, Jakarta LP3ES. Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung Remaja Rosdakarya. Syaltut, Mahmud. Islam, Aqidah Wa Syariaâah. Mesir Dar El Qalam. Syaltut, Mahmud. 1403/1983. Ila al-Qurâân al-KarĂŽm. Cairo Dâr al-SyurĂťq. Syam, Muhammd Noor. 1989. Filsafat Pendidikan da n Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya Usaha Nasional. Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Remaja Rosdakarya. Tafsir, Ahmad. 1992. Filsafat Umum; Akal dan Hati Sejak Tales sampai James. Bandung Rosydakarya Tafsir, Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung Rosdakarya. Subur Materi, Metode, dan Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif al-Qurâan 72 JPA, Vol. 17 No. 1, Januari â Juni 2016 Tilaar, 2004. Multikulturalisme; Tantangan-tantangan Global masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta Grassindo Uno, Hamzah. B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Kegiatan Belajar Mengajar Kreatif Bumi Aksara Yaâkub, Hamzah. 2005. Etika Remaja Rosdakarya. Yaljun, Miqdad. 1986. Ahdaf al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Ghayatuha. Riyad Mathabiâ al-Qasim. Yunus, Mahmud. 1995. Sejarah Pendidikan Mutiara Sumber Nidya. Yusuf, Ahmad Muhammad. 2012. Ensiklopedi Tematis Ayat Al Qurâan dan Hadis Jilid 1-7. Jakarta Widya Cahaya. Zaini, Syahminan. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam. Jakarta Pustaka al-Husna. Zuhaili, Wahbah. 1978. Al Wasith fi Ushulil Fiqh al Mathbaâah Dar al Kitab Zuhairini. 1950. Metodik pendidikan Islam. Malang IAIN Tarbiyah Sunan Ampel Press. ... The results of the observation that what is meant by evaluation in learning is a process of collecting data continuously in a series of learning activities to report the ability of students to follow up if there are shortcomings Febriana, 2021. Evaluation is continuous, if we often evaluate every event, the better in the future, from this understanding, evaluation is an absolute thing to do Subur, 2021. Assessment in the classroom is categorized into three aspects, namely attitude value, knowledge value and skill value. ...Ida Nursa'adahIana Rotul HalreadyKaryana KaryanaRika Siti KarimahThe purpose of this research for demonstrate how the implementation of governance practices, processes, and supporting and inhibiting elements of the scientific method are used to increase student involvement in PAI learning at SMK Bina Nusantara Andika. A qualitative descriptive approach was used in this study. Data collection methods include observation, interviews, and documentation. The findings show that PAI learning is applied using the 2013 curriculum and the scientific model. The school has endeavored to promote discipline and order, maximize study hours using the scientific method, and increase student participation by requiring students to participate in group discussions of the teaching-learning process and hands-on practice. In addition, the instructor demonstrates the scientific method paradigm through real-life examples. The scientific approach is carried out by stimulating students' interest in the concepts being taught, encouraging students to ask questions about concepts, assisting students in gathering various information related to concepts, guiding students in developing arguments from concepts, and guiding students in concluding concepts. In addition, the supporting elements are the active participation of students in learning, competent instructors, supporting facilities and infrastructure, and various learning techniques. On the other hand, the inhibiting factors include inadequate facilities, such as the lack of technical support tools, insufficient allocation of teaching time, and the shortage of teaching staff, especially PAI teachers who have not been able to adapt to the scientific approach study aims to describe the value of tolerance instilled in SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung and the process of planting it to students. This research uses a qualitative approach with the type of case study, the place of research is at SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung. The research data were obtained from the principal, Ismuba teacher and students using observation, interview and documentation techniques. Data analysis uses data reduction, data presentation and conclusion drawing by checking the validity of the data in the form of credibility and confirmability. The results showed that the cultivation of tolerance values in SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung was carried out through Ismuba learning materials which contained tolerance values. The process of planting through active learning both in terms of theory and practice. In ensuring success in instilling the value of tolerance, the school makes direct observations of both the status of active students and alumni. They are monitored regularly without them knowing by involving all teachers. From this evaluation, it was found that there were no cases of intolerance and blasphemy against multicultural values by active students and alumniM. SyadliIn the world of general education, there have been three kinds of educational theories the first is tabularasa theory that had been emerged by John Locke 1632-1704 and, later, known as Empirism; the second is talent theory that had been pioneered by Arthur Schopenhour 1768-1860 and, later welllknown as Nativism; and the third is realism theory that had been presented by William Stern 1871-1939 and, later, famous as said three general educational theories above are based on the anthropocentric philosophy, while the Islamic educational theory is based on the theocentric philosophy that is referred to the Holy Qur'an and the Prophet's Traditions. Here below the writer presents and focuses on the Islamic aspects of education which are based on the Holy Qur'an and the Prophet's Traditions. They consist of teacher as a social agent, student, teaching material, method of teaching, goal of teaching that has to be reached, evaluation, educational envirenment and word Anthropocentric, Theocentric, Aspects of Education, The Holy Qur'an Unang WahidinAhmad SyaefuddinThe development of science and technology increasingly encourage renewal efforts in the utilization of technology results in teaching and learning process. One of the technology that can be used in teaching and learning process is education media. Educational media used must be adapted to the development and demands of the times. Support the right educational media used in teaching and learning process will facilitate the achievement of learning objectives can be. Therefore, the education media will affect the absence of a complete and appropriate learning information target, and affect the outcome of the learning process. At the beginning of the spread of Islam has been known teaching and learning activities, when the media has been there and education has been applied by the Prophet Muhammad SAW in teaching science and Islamic law to the friends. Some educational media clusters expressed in the Qur'an and al-Hadith, among others Audio education media contained in al-Qur'an letter al-'Alaq 96 verse 1; Al-Isra '17 verse 14; Al-Ankabut 29 verse 45; Al-Muzammil 73 verse 20. In addition, in the hadith there are several terms used to indicate the use of visual media in learning, such as drawings, gravel and fingers. Keyword Media, Education, Islam, Al-QurâanKisah-Kisah Sahih dalam Al Qur'an dan HadisAl AsyqarUmar SulaimanAl Asyqar, Umar Sulaiman. Tt. Kisah-Kisah Sahih dalam Al Qur'an dan Hadis. Jakarta Pustaka Nabi Muhammad SAW, Keluhuran dan Kemuliaan, terjemahan Masdar HelmyAl HufiAhmad MuhammadAl Hufi, Ahmad Muhammad. 1995. Akhlak Nabi Muhammad SAW, Keluhuran dan Kemuliaan, terjemahan Masdar Helmy. Bandung Gema Risalah Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan HakikiAl MunawarAl Munawar, Said Aqil Husen. 2004. Al Qur'an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Jakarta Ciputat al-Islamiyah terj; Bustami dan Djohar BakryM Al-AbrasyAthiyahAl-Abrasy, M. Athiyah. 1968. At-Tarbiyah al-Islamiyah terj; Bustami dan Djohar Bakry. Jakarta Bulan Muhammad al-Naquib. 1987. Aims and Objektive of Islamic educationAl-AttasAl-Attas, Syeh Muhammad al-Naquib. 1987. Aims and Objektive of Islamic Pendidikan dalam Islam Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan IslamNaquib Al-AttasAl-Attas, Naquib. 1997. Konsep Pendidikan dalam Islam Suatu Rangka Pikir Pembinaan Filsafat Pendidikan Islam. Bandung Ala Rasulullahalih bahasaHamidHamid. 2001. Mendidik Ala Rasulullahalih bahasa;Kisah-kisah Al-Qur'an Pelajaran dari Orang-orang DahuluAl-KhalidyShalehAl-Khalidy, Shaleh. 1999. Kisah-kisah Al-Qur'an Pelajaran dari Orang-orang Dahulu, Jilid 3. Jakarta Gema Insani.
Makaambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs.59:2) Dari ayat di atas bahwasanya Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk âmengambil pelajaranâ, kata Iâtibar di sini berarti melewati, melampaui, memindahkan sesuatu kepada yang lainnya.
Jakarta - Mana yang kata baku dan tidak baku, tarawih atau teraweh? Berdasarkan kesepakatan dengan Kementerian Agama pada Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Edisi Kelima, maka yang kata baku yaitu istilah bahasa Arab yang diserap ke bahasa Indonesia lainnya juga memiliki bentuk kata baku yang dimasukkan dalam KBBI edisi terbaru. Simak sejumlah contohnya di bawah sejumlah kata baku dan yang bukan kata bakunya berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Edisi Kelima app 2016-2023 dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, KemendikbudristekAfdal, bukan afdolAgamais, bukan agamisAl-Qur'an, bukan QuranAmil, bukan 'amilAnugerah, bukan anugrahAzan, bukan adzan, adhan, atau adanBalig, bukan balighBarzakh, bukan barzah atau barzaBazar, bukan bazaarBecermin, bukan bercerminCendekia, bukan cendikiaCendekiawan, bukan cendikiawanDai, bukan da'iDakwah, bukan da'wahDonatur, bukan donatorEpisode, bukan episodFakir, bukan faqirFidiah, bukan fidyahGaib, bukan ghoib atau ghaibGerebek, bukan grebekHadis, bukan hadistHafal, bukan hapalHakikat, bukan hakekatIbtidaiah, bukan ibtidaiyahIftar, bukan iftharIhwal, bukan ikhwalIkhlas, bukan ihlasIktibar, bukan i'tibar atau itibarIktikaf, bukan itikaf atau i'tikafInfak, bukan infaqJahiliyah, bukan jahiliahJemaah, bukan jamaahJuz, bukan jus dalam arti bab atau bagian dalam Al-Qur'anKakbah = ka'bahKafah, bukan kaffahKaidah, bukan kaedahKa'bah, bukan kaabahKedaluwarsa, bukan daluwarsa, kadaluarsa, kadaluwarsa, atau kedaluarsaLafal, bukan lapad, lapal, atau lapazLailatulqadar, bukan lailatulqodar atau lailatulkadarMaaf, bukan ma'afMajelis, bukan majlis, majilis, mejelis, atau menjelisMakhdum, bukan makdumMakhluk, bukan mahlukMasjid, bukan mesjidMasyhur, bukan mahsyur atau mashurMazhab, bukan madzab atau muzhabMosaik, bukan mozaikMusala, bukan mushala atau musholaMuzaki, bukan muzakkiNahas, bukan naasNifas, bukan nipasNuzululqur'an, bukan Nuzulul Qur'anQiamulail, bukan QiyamullailRamadan, bukan Ramadhan atau RomadhonRakaat, bukan rekaatRezeki, bukan rejeki, rizeki, atau rizkiRida, bukan ridho, ridla, atau ridhaSaf, bukan shafSah, bukan syah dalam arti dilakukan menurut hukum berlakuSahur, bukan saurSaum, bukan shaumSyah, bukan sah dalam arti baginda raja atau rajaSahib, bukan sohib ragam percakapanSalat, bukan shalat, solat, atau sholatSedekah, bukan sadaqah atau sadaqohSyiar, bukan syi'arSilaturahmi = silaturohmiSurah, bukan suratSyafaat, bukan safaat, syafa'at, syapaat, atau syufaatSyahadat, bukan sahadatSyahid, bukan sahidSyariat, bukan sarengat, syareat, sariat, sereat, atau syariahSyekh, bukan she, seh, sekh, atau syaikhSyirik, bukan sirikSyubhat, bukan subhat, syubat, atau syubahatTablig, bukan tablighTadarus, bukan tedarusTakhta, bukan tahtaTakzim, bukan takjimTakjil, bukan ta'jilTarawih, bukan teraweh atau tarawehTarhim, bukan tarkhim atau tarkimTawakal, bukan tawakkalTobat, bukan taubatToleransi, bukan tolerirUnta, bukan ontaWitir, bukan witrZakat, bukan zakatZamzam, bukan Zam-zamZuhur, bukan dzuhur, duhur, juhur, lohor, zohorNah, mana kata baku dan tidak baku yang sering detikers gunakan? Simak Video "Momen Jackson Wang Minta Belajar Bahasa Indonesia di Panggung HITC 2022" [GambasVideo 20detik] twu/nwk
. r3z3mlolvq.pages.dev/923r3z3mlolvq.pages.dev/575r3z3mlolvq.pages.dev/89r3z3mlolvq.pages.dev/888r3z3mlolvq.pages.dev/844r3z3mlolvq.pages.dev/188r3z3mlolvq.pages.dev/237r3z3mlolvq.pages.dev/357r3z3mlolvq.pages.dev/869r3z3mlolvq.pages.dev/46r3z3mlolvq.pages.dev/722r3z3mlolvq.pages.dev/837r3z3mlolvq.pages.dev/624r3z3mlolvq.pages.dev/792r3z3mlolvq.pages.dev/259
arti kata i tibar